Sunday 25 March 2012

Demokrasi, Pemandulan Hukum Islam??



Jleg!!
Saya sendiri kaget ketika saya memilih judul diatas. Tidak bermaksud menghakimi, atupun menyalahkan, saya hanya hendak mengkaji, sedikit saja bagian yang mungkin beberapa dari kita belum paham, tentang sebuah kata yang dianut oleh negara kita. Padahal sebagian besar dari kita telah menggembar-gemborkan dan bahlkan menuntut penegakannya, ya demokrasi.
Bukankah negara kita adalah negara demokrasi? Ya, secara teori negara kita adalah negara demokrasi. Oleh karena itu ada baiknya jikalau kita mengkaji dari awal, apa itu demokrasi. Kata Demokrasi dapat dipilah menjadi ‘demos’ yaitu ‘rakyat’ dan ‘kratos/cratein’ yang artinya pemerintahan, jadi demokrasi sederhananya berarti pemerintahan rakyat. Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang tepatnya diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern.
Kemudian munculah teori demokrasi klasik. Pandangan ini dikemukakan antara lain oleh JohnLocke (contrac social), Montesquie (triaspolitica),dll. Mereka mendefinisikan demokrasi sebagai “kehendakrakyat” (the will of the people ), kebaikan bersama,atau kebajikan publik (the common good ). Dalam hal ini demokrasi dilihat dari sumber dan tujuannya. Paham ini lahir sebagai respon terhadap paham yang memberikan kekuasaan mutlak pada negara, baik berbasiskan teokratis maupun duniawi seperti dalam konsep Thomas Hobbestentang Laviathan (sudah ada gambaran?).
Kemudian teoi klasik itu mendapatkan banyak kritikan. Terutama dari Joseph Schumpeter dalam bukunya berjudul “Capitalism, Socialismand Democracy” yang terbit tahun 1942. Dalam bukunya, Schumpter menyatakan bahwa“kehendak rakyat” (termasuk kontrak sosial) tidak bisa diimplementasikan begitu saja. Dalam politik, yang menjadi motor penggerak adalahprosedur-prosedur atau metode berdemokrasi. Karena menekankan prosedur maka konsep demokrasi Schumpeter disebut juga demokrasi prosedural.
Sepertinya demokrasi slalu di usahakan untuk menemukan titik idealnya. Padahal sejak tercetusnya kata demokrasi itu sendiri, telah terdapat banyak sekali kritikan. Apa engkau mengenal Plato? Bapak filsuf kita yang telah melanglang buana dunia keilmuan bahkan pada zaman semuanya masih terbatas. Ia adalah keturunan bangsawan Athena yang menjadi saksi sejarah bahwa demokrasi tak lebih baik dari hukum Islam tentang ketatanegaraan. Plato dalam karyanya yang masyhur berjudul Republic mengulas tentang istilah demokrasi. Dalam kajiannya tersebut, Plato berpandangan bahwa demokrasi sesungguhnya bukan sebuah sistem politik yang ideal. Plato mengkritik demokrasi seperti itu, berdasarkan pendapatnya bahwa masyarakat merupakan hakim yang tidak becus dalam banyak masalah politik. Masyarakat cenderung memberikan penilaian berdasarkan kebodohan, dorongan hati, sentimen, dan prasangka. Yang paling buruk adalah demokrasi seperti itu mendorong munculnya pemimpin-pemimpin yang tidak becus. Karena pemimpin memperoleh kepemimpinannya dari masyarakat, pemimpin cenderung mengikuti tingkat masyarakat demi keamanan kedudukannya. Lagi pula, karena dalam demokrasi” setiap individu bebas melakukan apa yang dikehendakinya”, pengaruhnya bersifat merusak.
Bukankah hal ini telah secara nyata terjadi pada negara kita? Kita contohkan saja, hal yang sedang panas-panasnya saat ini. Apalagi dengan isu menaikan harga BBM. Saya sungguh lelah untuk terus mengecam dan mengecam. Bukankah mereka tidak akan pernah mendengar? Dalam Hukum Islam, telah terdapat hukum yang mengatur tentang energi. Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Sa'id berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Khirasy bin Hausyab Asy Syaibani dari Al Awwam bin Hausyab dari Mujahid dari Ibnu Abbas ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal; air, rumput dan api. Dan harganya adalah haram." Abu Sa'id berkata, "Yang dimaksud adalah air yang mengalir." (HR. Ibnu Majah).
Sudah sangat jelas sekali. Harga untuk BBM haram, kecuali untuk produksinya sendiri, dan kini, wacana terbaru, pemerintah akan menaikan harga BBM untuk meningkatkan pendapatan APBN. Iya, jika APBN tersebut merata untuk rakyat. Kenyataanya, siapa yang menikmati APBN itu? Bandingkan dengan pengaturan APBN pada masa Amirul Mukmini. Tak ada anggaran yang di bebankan pada rakyatnya. Saya pikir anda telah paham tentang hal ini, dan menurut anda apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi di negara kita? Pemerintahan yang demokrasi.
Pemerintahan kita yang terdiri dari orang-orang yang di pilih oleh rakyat yang mengatakan bahwa mereka adalah wakil rakyat nyatanya mengambil untung dari rakyatnya tanpa perduli pada kehidupan yang mereka wakili. Apakah ini yang di sebut wakil rakyat? Saya tidak serta merta menyalahkan wakil-wakil rakyat kita, karena memang pada kenyataannya semua itu bukan mutlak kesalahan mereka. Benarkan? Siapa yang berhak memilih mereka? Siapa? Kita kawan-kawan. Rakyat yang memilih mereka. Padahal, kita sebenarnya tidak yakin apakah mereka amanah, apakah mereka seorang al amin, apakah mereka sidik, dan banyak kriteria lain sebagai syarat untuk menjadi wakil rakyat. Itulah kelemahan pemilu kita, pemilu sebagai lambang sebuah demokrasi ditegakan. Ya, negara kita adalah negara demokrasi.
Selain Plato, demokrasi juga mendapat kecaman dari filsuf kita yang lain. Aristoteles dalam Politics mengulas juga tentang demokrasi. Baginya demokrasi juga bukan pula sebuah sistem yang ideal. Penolakan aristoteles terhadap demokrasi sebagai sebuah sistem yang ideal karena demokrasi berpotensi menjadikan negara kacau (anarki), karena semua warga negara bebas berkehendak sesuai kepentingannya. Aristoteles menganggap suatu rezim akan menjadi ideal ketika rezim itu merupakan perpaduan antara aristokrasi dan demokrasi, dimana menurut Aristoteles rezim tersebut akan berjalan dengan baik jika benar-benar memadukan (anggota-anggota) dari berbagai kelas menjadi satu komunitas tunggal .
Saya rasa menemukan benang merah disini. Perpaduan antara aristokrasi dan demokrasi, apakah anda familiar dengan hal tersebut? Islam menjawabnya. Saya tidak akan berbicara banyak tentang hukum Islam disini karena itu jauh dari kemampuan saya. Yang pasti saya katakan bahwa hukum yang bersumber dari Tuhan itulah hukum yang paling benar.
Lalu, kenapa demokrasi terus di gulirkan, dan bahkan hampir semua negara di dunia menyakini demokrasi sebagai tolak ukur tak terbantahkan dari hukum politik. Kita lihat, siapa yang menggulirkan pandangan ini? Saya yakin mereka adalah negara non muslim yang menginginkan runtuhnya negara-negar muslim di muka bumi. Ya, cara yang sangat halus. Dengan demokrasi yang menjanjikan kebebasan kepada rakyatnya ini secara tidak langsung melucuti satu demi satu hukum-hukum Islam yang semestinya di tegakan dengan embel embel demi rakyat banyak. Ah, banyak sekali hukum islam yang telah terabaikan bukan? merambah ke bidang lain, kita akan melihat seks bebas yang mengkungkum negara kita ini secara kasat mata. Yang akhirnya menelurkan angka, secara kumulatif, aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta kasus per tahun. Setengah dari jumlah itu dilakukan oleh wanita yang belum menikah, sekitar 10-30% adalah para remaja. Pembunuhan terjadi dimana-mana, dan kita belum juga mau membuka mata.
Hukum Islam telah di mandulkan. Banyak hukum Islam yang di tentang, banyak hukum Islam yang di caci atas dasar demokrasi, kebebasan berpendapat, kebebasan bertindak, hingga urusan HAM pun di gulirkan. Ah, rasa-rasanya semua hal telah menjadi halal. Dan akhirnya kerusakan dimana-mana. Siapa yang senang? Manusia-manusia disana dengan otaknya yang licik. Karena ketika kerusakan itu telah pada puncaknya, mereka akan dengan mudah menguasai dan mengendalikan kita. Akhirnya? Kehancuran Islam di depan mata.

Apakah sekarang kamu akan tetap meneriakan,”Hidup Demokrasi”????..



NB: Saya yakin masih banyak sekali kekurangan, tolong di benarkan jika ada yang salah.
@Kamar kepedihan dengan satu tanya, Apakah aku harus mengancam kedua orang tua untuk menambah jatah bulananku sedang kini saja mereka menjerit tercekik???
#Diolah dari berbagai sumber.
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Friday 23 March 2012

Cerpenku yang di tolak..heheheh "COVER"

Aku pandangi lagi potongan kertas kecil di tanganku. Kemudian beralih ke monitor bertuliskan ang

ka di depan meja costumer . Masih lama. Disana masih tertulis angka 316, sedangkan kertas di tanganku tertera dengan sangat jelas angka 333. Angka yang cantik.
Sekali lagi aku memperbaiki posisi dudukku. Kadang untuk meregangkan otot setelah hampir setengah jam menunggu antrian. Sesekali ku edarkan pandangan kesekeliling. Berharap ada salah satu wajah yang aku kenal dan mengobati sedikit kejenuhan. Tapi nihil. Semuanya nampak asing. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang diam terkantuk-kantuk. Ada yang mengobrol dengan teman sebelahnya. Ada yang bermain HP, dan ada pula yang terus-terusan memandang layar monitor tanpa mengenal lelah. Wow, gigih sekali, atau tak sabaran?
Mesin pemanggil berbunyi lagi. Sedikit kelegaan. Seorang pria gemuk setengah baya maju menghampiri meja costumer. Sepertinya dia seorang pegawai kantoran atau seorang bos malahan. Penampilannya rapi dengan kemeja biru muda yang disetrika halus. Dilehernya tergantung dasi bergaris-garis dengan warna biru tua.
Aku pikir mungkin dia salah satu orang sukses di kota ini. Tapi aku lihat lagi, mukanya nampak kusut. Apalagi setelah ia mendengar penjelasan seorang teller muda di depannya. Ia seperti tengah memastikan sesuatu tapi kepastian itu tidak didapatnya. Berbeda dengan teller yang selalu mengembangkan senyum. Entah untuk menghibur atau karena tuntutan profesi. Tapi sepertinya pria itu tidak terpengaruh.
Penjelasan teller pun sepertinya usai. Pria itu terdiam sejenak. Menunduk, mungkin mengamati tali sepatunya yang terlepas dari simpulnya. Tapi sepertinya lebih dari itu. Pria itu lalu bangkit dan beranjak pergi. Dia tak membalas senyum ramah Pak Satpam.
Mesin pemanggil berbunyi lagi.
Sepasang, yang mungkin suami istri menggantikan posisinya. Pasangan itu sudah lanjut usia. Rambut si suami sudah putih semua. Si istri mengenakan jilbab putih yang menutupi sebagian tubuhnya. Wajahnya cerah, senada dengan wajah sang teller muda. Kemungkinan mereka tengah mengurus tabungan masa tua. Entah untuk naik haji ataupun untuk dana pensiun. Tapi nampaknya mereka bahagia.
Aku jadi ingat ayah dan ibu dirumah. Disela-sela obrolan kami sehari-hari kadang Ibu bercerita tentang keinginan hari tuanya. Memang dia bukan seorang manager yang hebat. Dia bahkan tidak mengenal ilmu-ilmu managemen yang diajarkan di perguruan-perguruan tinggi. Dia hanya lulus SD, namun dari kisah hidupnya yang panjang aku tau, dia adalah bendahara yang hebat. Buktinya, dengan bekal ketrampilannya yang terbatas dia mampu memperjuangkan hidup kami dengan sedemikian rupa. Dari sebuah gubuk dari papan dan daun alang-alang menjadi rumah batu bata matang dengan atap genteng dan sudah disemen.
Ia sering bercerita tentang keinginannya. Tidak terlalu muluk. Dia hanya ingin menjalankan semua rukun Islam. Tapi hal ini menjadi permasalahan yang cukup besar bagi kami mengingat kami hanyalah masyarakat pinggiran yang sudah bersyukur jika kebutuhan sehari-hari kami terpenuhi. Tapi hal itu tak pernah menyurutkan niatnya. Dengan mata menerawang dia biasanya berkisah tentang mimpinya ke tanah suci.
Tak lama kemudian sepasang lanjut usia itu meninggalkan meja costumerdan seorang wanita muda menggantikannya. Aku coba menerka.
Dugg..
Pemikiran yang baru saja aku tata tentang wanita itu tiba-tiba buyar. Ada yang menendang kakiku dengan keras. Seorang pria muda berdiri didepanku. Dia menatapku dengan tatapan yang mungkin bisa diartikan marah. Atau memang tatapannya selalu demikian. Entahlah.
Pria itu mengenakan jaket kulit usang yang sudah sobek dibeberapa bagian. Ia juga mengenakan celana jeans yang tak kalah mengenaskan. Dekil dan kumal. Penampilannya tak jauh beda dengan preman-preman yang aku sering temui di pasar. Aku bergidik ngeri.
“Ups, maaf,” ucapku. Semoga dia memaafkan, meski bukan aku yang salah. Dia kan yang menabrakku. Sepertinya kata maafku tak didengarnya. Ia berlalu menuju meja costumer. Wanita muda yang tadi duduk disana entah kemana.
Pria itu masih terbilang cukup muda. Mungkin 27 ataupun 28 tahun. Tapi penampilannya membuatnya sedikit lebih tua. Apalagi di tambah dengan wajah sangar yang ia miliki. Aku yakin dia preman. Atau mungkin tukang pukul sewaan. Ah, bisa saja bodyguard, atau mungkin..., Astagfirullah, kenapa aku jadi berburuk sangka seperti ini?
Pria itu meninggalkan meja costumer. Ia sempat melihatku sebelum akhirnya meninggalkan ruangan itu. Bulu kudukku berdiri.
**
“Ngga mau ah, Bu. Orangnya galak.”
“Ko kamu tahu, Di? Katanya kamu ngga kenal?” ibu menatapku heran. Untuk kesekian kalinya Ibu menawariku untuk berta’aruf dengan seorang ikhwan anak temannya.
Aku paham, di usiaku yang sudah menginjak hampir berkepala tiga, pasti ada kecemasan tersendiri padanya. Belum lagi ditambah gunjingan tetangga yang usil. Apa salahnya sih kalau belum menikah? Tandanya kan belum datang jodohnya. Mereka bilang katanya aku pemilih lah, anu lah, itu lah. Ya memang mencari pasangan hidup harus memilih kan? Ngga asal.
“Lihat aja mukanya, Bu”
“Loh, kamu udah pernah ketemu toh?”
“Belum, dari fotonya.”
“Dinar...Dinar.. kamu ini ya.. mbok ya jangan asal tebak begitu. Belum tentu dia galak meski mukanya seperti itu. Jangan-jangan malah dia itu penyayang.” Ibu menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Ngga asal tebak ko, Bu. Lihat deh mukanya. Banyak banget guratan di keningnya. Pasti orang ini sukanya marah-marah.” Kilahku.
“Stststs, sudah. Kalau kamu ngga mau ya sudah, tapi jangan jadi zu’udhon gitu dong.” Ibu akhirnya menyerah. Nampaknya dia sangat mangkel dengan ulah putri bungsunya, yaitu aku. Ia meninggalkan aku sendiri.
Huft, pada ngga paham sih.
**
Gloobal warming memang bukan sekedar isu. Harusnya semua orang mengerti akan hal itu. Lihat saja, pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan tapi malah panas menyengat seperti ini. Belum ditambah lagi dengan kemacetan ibu kota. Harus ekstra sabar jika menaiki kendaraan umum, tanpa AC, berdesak-desakan pula. Keringan pasti menyerbu keluar dari pori-pori kulit.
Kali ini pun aku tengah menikmatinya. Berdesak-desakan dengan penumpang lain yang pastinya juga merasakan ketidaknyamanan yang sama. Bau-bau aneh menyeruak, ditambah posisi yang tidak menguntungkan. Tapi aku berusaha sabar. Tinggal beberapa menit lagi aku sampai ditujuan. Tapi macetnya itu loh. Bisa-bisa setengah jam lagi aku menikmati semua ini dan mungkin saja bisa lebih.
Tiba-tiba dari arah belakang ada yang mendesak. Aku menoleh. Ternyata seorang pria muda dengan kemeja yang masih lumayan bagus dengan dasi tergantung dilehernya tengah berusaha memasuki area ‘gerah’. Mungkin dia eksekutif muda yang tengah mengalami hari naas. Mungkin mobilny macet atau bannya pecah. Atau dia bukan eksekutif? Kali saja dia Cuma salles. Sales kan sering berpenampilan rapi. Lagian mana mau seorang eksekutif naik bis kota yang panas seperti ini. Paling tidak ia akan lebih memilih taksi sebagai alternatif.
Kini pria itu berdiri disampingku. Sepertinya dia sudah menemukan posisi nyamannya. Dia tersenyum ketika aku menoleh padanya.
Bus maju perlahan-lahan. Kemacetan sudah berkurang dan bus sudah bisa sedikit berjalan dengan lancar. Alhamdulillah sebentar lagi aku keluar dari penderitaan ini.
“Mbak, awas dompetnya,” seseorang membisikan sesuatu padaku. Aku menoleh. Ternyata pria berpenampilan preman yang kemarin lusa aku lihat di bank. Aku bergidik, lalu ingat dompetku.Apa maksudnya? Dompetkku?
Aku meraba tas slempanganku. Resletingnya terbuka separuh, tapi cukup untuk memasukan tangan kedalamnya. Dompet itu tak ada, dompet itu raib. Aku tercekat.
“Ngga ada..” curhatku pada pria preman tadi. Aku panik.
Ko aku curhat sama dia? Bukankah seharusnya dia yang aku curigai. Tapi tadi kenapa dia memperingatkanku? Apa dia mempermainkanku? Dendamkah dia karena tersandung kakiku kemarin hingga hari ini dia membuntutiku?
Dia menoleh kesekitar, seperti mencari sesuatu. “Tunggu sebentar,” katanya.
Ia lalu menerobos kerumunan. Pria berkemeja putih disampingku sudah tidak ada, bahkan aku tak menyadari kepergiannya. Dia sudah berada di pintu dan sepertinya hendak turun. Anehnya, pria bertampang preman itu menghampirinya.
Mereka berbicara. Si pria preman dengan nada seperti mengancam menyodorkan tangannya meminta sesuatu. Mereka bersitegang. Tak lama kemudian pria berkemeja putih sepertinya mengalah dan menstop bus kemudian turun.
Pria bertampang preman itu kembali.
“Nih. Lain kali hati-hati. Copet sekarang ngga kalah pinter sama koruptor. Penampilannya juga ngga kalah beda dengan pegawai kantoran. Coba di cek. Masih utuh atau ngga,” pria itu menyerahkan dompet berwarna abu-abu milikku.
*END*
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Monday 12 March 2012

Janeng, yang Hilang di Telan Jaman

Banyak sekali budaya yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia dengan berbagai nilai yang terkandung didalamnya. Misalnya saja budaya gotong royong, yang mana setiap masyarakat saling bekerja sama dalam melakukan sebuah pekerjaan tanpa ada imbalan berupa materi. Semuanya dilakukan sukarela. Tentu hal ini akan semakin mengeratkan silaturahmi antar penduduk. Selain itu, akan terasa sekali rasa kekeluargaan di dalam diri mereka. Susah sama dirasa, senang sama tertawa. Namun, sayangnya sesuai dengan perkembangan teknologi budaya yang banyak mengandung nilai-nilai kebaikan ini pun mulai luntur.

Kini jarang sekali ditemui budaya gotong royong seperti membuat rumah salah satu penduduk, memanen padi bersama, ataupun membangun jalan. Kini semuanya di nilai dengan materi. Apalagi di dalam masyarakat perkotaan. Budaya gotong royong ini sudah hilang dari permukaan karena masing-masing penduduknya tidak perduli satu sama lain.

Budaya-budaya yang lain pun demikian. Banyak kebudayaan-kebudayaan tradisional yang ditinggalkan warganya. Contohnya saja Janeng. Ya, Janeng. Kata ini pasti asing ditelinga kita. Ya, banyak yang tidak mengenal salah satu kesenian musik tradisional ini. Bahkan di kalangan penduduk Kebumen sendiri, musik Janeng seperti barang asing yang sangat asing. Jika ingin mengkaji tentang kesenian ini pun sumber tertulis yang ada sangatlah minim. Apalagi di dunia maya. Jarang sekali ada yang menyinggung kesenian tradisional Islam ini. Padahal budaya ini memiliki nilai-nilai yang sangat baik.

Janeng sendiri adalah kesenian musik daerah yang bernuansa Islami. Musik tradisional yang beralat musik pukul seperti kendang dan rebana ini biasa mendendangkan lagu-lagu puji-pujian yang ditujukan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan pada umumnya musik janeng di lantunkan dengan rasa syukur yang teramat.

Karena lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu sholawat kepada Rasulullah, maka lagu ini berbeda dengan lagu-lagu yang sering kita dengar sekarang ini. Lagu-lagu janeng memiliki pesan-pesan yang sangat baik dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Selain itu juga mengingatkan kita terhadap Keagungan Sang Pencipta, Allah Azza Wa Jalla. Sehingga lagu-lagu yang dinyanyikan pun tidak sembarangan. Banyak lagu yang diambil dari hadist-hadist shahih. Sehingga tidak heran jika para pemain janeng banyak menghafal hadist-hadist shahih.

Pada awalnya musik janeng digunakan sebagai sarana dakwah oleh para ulama. Kemudian berkembang menjadi musik yang menyatu dengan kehidupan masyarakat. Dahulu, sekitar 1980-an, sebelum dangdut, musik pop, campursari, dan kesenian modern lain populer, musik Janeng sering dimainkan di mana-mana. Musik ini menjadi primadona. Seperti di balai desa, Kantor kecamatan, Pendopo Kabupaten, dan di tempat orang yang mempunyai hajatan.

Setiap ada pertunjukan Janeng, orang-orang berbondong-bondong untuk menonton. Dalam pertunjukan inilah sering terjadi interaksi yang mendekatkan masyarakat. Pertunjukan janeng sering di barengi dengan pembicaraan santai para penontonnya. Baik mengenai sawah mereka, maupun kehidupan rumah tangga mereka. Maka dari itu, terjadilah komunikasi yang baik serta tak lupa tentang esensi kehidupan mereka didunia ini.

Kini, Janeng tidak setenar dahulu. Jasanya jarang sekali di gunakan. Hanya sesekali dalam acara peringatan Maulud Nabi atau peringatan hari-hari Islam lain yang biasa dirayakan masyarakat. Bahkan karena sepinya jop, terkadang grup janeng ini menawarkan diri untuk tampil meski tidak di bayar.

Kebumen sendiri mempunyai banyak klub musik Janeng. Ini menandakan bahwa Kabupaten Kebumen adalah jantung dari Kesenian Janeng. Contohnya adalah klub janeng dari desa Bumirejo, Panggel, Peniron dan Klegenrejo. Tapi sayangnya yang tergabung dalam klub janeng adalah orang-orang yang sudah berusia lanjut. Contohnya saja klub janeng yang berada di desa Klegenrejo, Kecamatan Klirong. Grup Janeng yang di motori oleh Pak Roso ini terdiri dari beberapa warga yang rambutnya telah memutih. Bahkan beberapa dari mereka telah hidup sejak penjajahan Jepang.
Mereka mengaku, meski kini jarang sekali mendapat panggilan untuk mengisi acara, mereka tetap sering berlatih. Hal itu semata-mata mereka lakukan karena mereka mencintai kebudayaan ini. Mereka mengaku bahwa kebudayaan ini seperti sarana untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Amat disayangkan memang, sebuah kebudayaan yang memiliki nilai-nilai positif ditinggalkan warganya. Anak-anak muda lebih memilih mempelajari musik-musik modern yang hinggar binggar dan hedonis. Kebudayaan ini pun tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Tidak ada upaya pengenalan kepada masyarakat luas. Padahal nilai-nilai yang terkandung sangat baik. Bahkan kebudayaan-kebudayaan ini lebih banyak ditampilkan di dalam kelas internasional daripada di wilayah domestik sendiri.
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Sunday 4 March 2012

Waktu

Berdiskusi dengan waktu,
Menerjemahkan angka-angka khayal yang kelak jadi nyata,
Atau tentang misteri-misteri yang terpendam dari celah-celah harapan yang mengintip dari balik lukisan impian.

Mudah saja, mengelabui sang senja dan menggantinya dengan kelamnya malam.
Siapa yang menyukai malam, dan berkeliaran pada liang-liang gelap yang transparan pada mata-mata setan yang senyap.
Kedinginan itu menggairahkan,
Kengerian itu menertawakan,
Dan sebagian bergumul dengan selimut yang luntur,

Mudah saja,
Menipu ayam hingga ia berkokok ketika tubuh berkutat dengan alam bawah sadar,
Atau membiarkannya bungkam untuk waktu yang sangat lama.

Tapi tak mudah mengelabui waktu,
Ia tetap berjalan menggelicir,
menidas,
Menggilas,
Merampas,
Tak ada diskusi lanjutan,
Harganya sudah mati,
Dan telak,
Aku kalah.
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Fairy..


Aku berusaha mengingatnya seperti mengingat potongan puzle yang menghilang entah kemana. Tak ada gambaran sama sekali. Dia telah terhapus tanpa aku tau kapan tepatnya ia terhapus. Tiba-tiba saja sudah tidak ada dalam ingatan. Mungkin seorang penyihir telah mengambilnya dariku saat aku bertaruh sesuatu. Benarkah aku telah bertaruh? Tentu saja itu hanya lelucon.
Tapi dia bersikeras. Dia pernah ada dihidupku. Entah dibagian yang mana. Sisi yang menyakitkan atau menyedihkan. Jelas bukan pada tempat yang menyenangkan karena tak ada bagian itu di hidupku. Jadi mudah saja seharusnya untuk mencari memori yang telah terpilih sedemikian rapi. Tapi tidak juga. Namanya sama sekali tidak muncul setelah proses searcing selesai. There are no result to display.
Jadi ku coba acuhkan saja dia. Mungkin saja dia yang salah. Tapi benarkah ia salah sedangkan ia telah menyebut namaku dengan lengkap, bahkan menceritakan kembali sejarah kehidupanku seperti ia membaca sejarah-sejarah pahlawan yang diajarkan di bangku sekolah.
Tak ada tempat mengelak. Mungkin ia benar, ia pernah ada dalam bagian hidupku dan mungkin ingatan tentangnya telah diambil oleh penyihir meski aku tak melakukan taruhan. Aku mengalah dan membiarkannya menariku menuju sudut mal.
Seorang waitres bermake up tebal menyambut kami dan menyerahkan daftar pesanan. Namun ia sama sekali menyentuh daftar pesanan itu, ia menyebutkan beberapa menu makanan yang sepertinya telah dihafal diluar kepala, dan anehnya salah satu menu yang ia sebut adalah makanan kesukaanku. Waitres meninnggalkan kami dan ia tersenyum sangat lebar menyaksikan wajahku yang nampak bodoh atas apa yang ia lakukan. Nampaknya dia benar-benar mengenalku.
“Kau nampak masih sangsi? Apa kau pernah menderita penyakit amnesia? Atau bahkan azhaimer?” ia menggodaku.
Aku menggeleng. Mengelak dari tatapannya yang tajam. Oh, Tuhan. Ada apa dengan ingatanku? Benarkah aku mengidap kedua penyakit itu?
“Bagaimana kehidupanmu sekarang? Nampaknya lebih baik dari dulu. Lihat dirimu. Kini kamu sudah bisa berdandan, dan lihatlah, baju yang kau kenakan. Bukankah itu rancangan desainer ternama?”
Aku melihat diriku sendiri, dan mengangguk pelan. Aku memang telah banyak berubah. Sejak kapan? Entah, tanpa aku sadari aku telah berubah sedemikian rupa. Seperti kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu. Andai saja kalian lihat penampilanku waktu SMA, kalian tidak akan percaya.
“lalu bagaimana dengan dirimu?” tentu aku tak bisa menilai bagaimana alur hidupnya. Masa lalunya tak terkenang. Apakah aku sudah menjadi seseorang yang kejam?
“Yah begitulah.” Katanya seperti putus asa, namun dengan nada yang riang tanpa dibuat-buat. Aku sekali lagi tak bisa menerka bagaimana alur hidupnya.
“Apa kau sudah menikah? Bagaimana dengan Amir, kekasihmu itu? Apa kalian jadi menikah? Kupikir kalian cocok, Amir yang keras dan kamu yang lembut. Bukankah perpaduan yang sangat pas?”
“Tidak. Kami tak jadi menikah. Dia bersama wanita lain dan kini aku tak tau kabarnya.”
Ia menatapku prihatin. Memang menyakitkan, tapi itulah bagian hidupku, dan aku tersenyum seperti tak terjadi apa-apa. “Kami bukan jodoh,” ucapku.
“Yiah, kuharap kamu mendapatkan pria yang lebih baik. oya, kau tau apa yang membuatku sangat senang ketika melihatmu?”
Aku menggeleng.
“Lihatlah, semodis apapun dirimu, kau tetap mengenakan jilbab. Bukankah luar biasa. Kau tau banyak teman-teman kita yang sudah melepaskannya. Katanya untuk menunjang karier mereka. Mungkin benar, karena hingga saat ini aku tak mendapatkan posisi seperti mereka. Tapi kau mematahkan teori mereka. Kini kau sukses, meski dengan selembar kain di kepalamu. Aku salut.”
Aku kembali memutar otakku. Apakah mungkin dia teman satu sekolahku dulu. Setelah lulus SD, ayah memaksaku untuk memasuki sekolah Tsanawiyah. Tanpa bisa ditawar dan dengan setengah hati aku menuruti.
Siapa yang berani mengelak dari perintah ayah. Dia kepala keluarga yang diktaktor. Kediktaktorannya pula yang meyebabkan ia cepat berpulang. Darahnya naik, ia sempat strok selama setahun, namun ia tak bertahan lama.. Bukannya ibu lelah mengurusi, namun ayahlah yang menantang mautnya sendiri. Ia terkena serangan jantung saat memaki ibu yang seharian mencari nafkah setelah ia hanya menjadi manusia setengah. Saat itu aku menginjak kelas 3. Tapi wanita dihadapanku tak ada disana.
“Apa kau mendengar tentang si Wanti? Kudengar ia juga melepas jilbabnya. Tak lama setelah ia lulus SMA. Ia tek melanjutkan kuliah. Ia bekerja di sebuah Mall ternama di kota. Dia ditempatkan di toko kosmetik. Terakhir kudengar ia menikah dengan seorang duda kaya beranak tiga yang masih kecil-kecil.”
Yia, aku ingat Wanti. Gadis lincah yang ramah. Kami tidak berteman akrab, namun aku sedikit tau tentangnya. Kami pernah satu tahun sekelas. Cukup bagiku untuk menyimpan gambaran wajahnya dimemoriku. Seperti apa wajahnya sekarang setelah menginjak usia hampir tiga puluhan? Apakah ia tetap lincah. Atau ia telah direpotkan dengan anak-anak barunya?
“Oya, dulu kita punya teman bernama Sela kan? Masihkah kau ingat? Si gadis tisu itu? Yiah, dia pun sudah melepas jilbabnya. Kudengar ia bekerja diperusahaan jasa akuntansi. Kliennya orang-orang ternama. Kau tau, akhirnya ia pun jadi ibu orang ternama. Kliennya menjadikannya istri muda. Sekarang ia ongkang-ongkang kaki dirumah mewahnya.”
Tentu aku ingat Sela. Dia teman satu bangku denganku. Meski cuma sebulan karena aku tak tahan dengannya yang terus berkeringat karena tak terbiasa mengenakan jilbab. Atau ia yang tak tahan denganku yang sering meminta tisu kesayangannya untuk mengelap ingus saat aku flu. Tisu adalah barang kesayangannya yang sangat berharga. Sepertinya yang benar adalah opsi kedua. Aku didepak dari sisinya, dan ia memilih duduk dengan Fara yang tak pernah flu.
Pesanan datang saat ia akan kembali bercerita. Mulutnya kembali menyunggingkan senyum pada waitres yang segera meninggalkan meja kami.
“Hums, sedari tadi aku yang bercerita. Sekarang katakan apa yang kau tentang teman-teman kita? Ah, atau kau terlalu sibuk hingga tak lagi bisa menyimak kabar mereka? Tenang, aku makhlum. Bahkan aku kagum padamu. Semenjak ayahmu meninggal kau membantu ibumu berjualan di pasar. Selepas lulus dari madrasah, kamu hanya melanjutkan sekolah di kota kita. Supaya kau cepat pulang kan? Dan membantu ibumu? Hai, betapa tak adilnya diriku menceritakan kisahmu sedangkan engkau ada disini. Maaf, kau bisa melanjutkannya sekarang.” Ia mulai memakan pesanannya dan memandangku penuh penantian.
Aku berdehem. Meski hingga saat ini ia tetap tak ku temukan dalam memori otakku, aku tak bis a mengecewakannya yang nampak begitu antusias. Aku mulai bercerita, dan aku larut didalamnya.
Tiga hari lalu ayah meninggal. Harta ibu sudah habis untuk mengobati penyakit ayah. Hanya tersisa sepetak rumah tua tempat kami bernaung dari terik matahari dan dingin air hujan. Terpakasa, kami, aku, ibuku, dan kakak perempuanku mati-matian berusaha menyambung kehidupan kami. Tak ada yang bisa diharapkan sebenarnya. Ibu hanya seorang ibu rumah tangga ketika ayah masih hidup. Dulu itu tak masalah. Gaji ayah yang bekerja sebagai karyawan disebuah bank swasta membuat hidup kami kecukupan, namun semenjak ayah sakit, tak ada pemasukan. Terpaksa ibu yang hanya tamatan SMP bekerja. Bukan pekerjaan wanita karier tentunya.
Ia berjualan sayuran dipasar. Lumayan, bisa menyambung hidup kami. Namun lama-lama persaiangan dipasar semakin ketat. Apalagi setelah ayah meninggal. Ibu yang syok jadi sering sakit-sakitan. Terpaksalah aku dan kakak perempuanku berganti-gantian berjualan di pasar.
Setelah kakakku menamatkan SMAnya, ialah yang sering menggantikan ibu. Ternyata Kakakku punya bakat berdagang. Penjualannya melebar. Pesaingnya bisa ia takhlukan. Bahkan ia mampu melebarkan sayap. Ia tak hanya menjadi penjual sayuran. Kini ia punya toko kelontong yang memiliki kios sendiri. Bahkan kami berniat membangun rumah dilantai dua. Namun niat itu terpaksa diurungkan. Sakit ibu makin menjadi, dan akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Apa yang kurasakan itu jauh berbeda dengan apa yang kurasakan ketika ayah yang meninggal. Bukannya aku membenci ayah, atau eku memang membenci ayah? Jika bukan karena semenjak kematian ayah kehidupan perekonomian kami memburuk, tentu aku akan mensyukuri kematian ayah.
Ayah bukan sosok yang baik. Sejak kecil aku sering dipukuli. Tidak dengan tangan, namun dengan benda apa saja yang bisa digunakan untuk memukul. Bahkan pernah ia menggunakan gagang payung yang terbuat dari besi untuk memukulku yang masih berusia 9 tahun. aku kedapatan berkelahi dengan teman bermainku. Katanya kelakuanku memalukan. Aku seorang perempuan, seharusnya aku dapat bersikap manis. Bukan malah berkelahi layaknya preman-preman pasar. Tubuhku merah-merah. Bahkan aku demam selam seminggu. Bukannya meminta maaf, tapi ia tetap menyalahkanku. Katanya aku terlalu lemah.
Tentu saja kekejamannya tak hanya ia lampiaskan padaku. Kakak dan Ibu juga sering mendapat perlakuan yang sama, dan tentu ibu yang paling sering. Karena setiap kesalahan selalu dilimpahkan padanya. Setelah selesai memukuli kami, ia pun akan memukul ibu, menganngap semua kesalahan adalah kesalahan ibu yang tak mampu mendidik kami, dan kami hanya bisa menangis bersama-sama.
Namun kepergian ibu, seperti mengambil separuh jiwaku. Wanita lemah itu lah yang sering melindungiku dari kemarahan ayah. Dialah yang dengan sabar merawat luka-luka memar ditubuhku sembari membisikan kata-kata manis agar aku terhibur. Namun apa mau dikata. Tak ada yang mampu melawan maut. Aku mencoba mengikhlaskan meskipun separuh jiwaku turut serta dalam liang lahat yang menyimpan jasadnya. Kala itu aku duduk di bangku kels dua SMA.
Kehidupan berlanjut. Kakak kembali berdagang, dan tokonya terus berkembang hingga ia menjadi gadis yang sangat sibuk. Ia sering pulang larut malam karena pembeli tak kunjung berhenti ketika waktunya menutup toko. Namun ia menolak ketika kuutarakan ideku agar kami membangun sebuah rumah diatas tokonya. Ia mengatakan ia tak ingin meninggalkan rumah ibu. Akhirnya aku menurut dan sesuatu terjadi diluar dugaan. Suatu malam beberapa preman mencegat motornya. Entah apa yang terjadi, namun sejak saat itu aku hidup sebatang kara. Anehnya aku tak menagis setelah kejadian itu. Bahkan ketika Amir, pria yang kusebut pacar sejak aku duduk di kelas 2 Madrasah itu berkianat, aku membiarkannya tanpa air mata.
“Maaf, aku tak tau semua itu. Semenjak lulus aku tak pernah mendengar berita tentangmu. Aku pikir kau marah padaku saat itu, dan aku tak berani menampakan diri dalam kehidupanmu,” katanya dengan nada penuh penyesalan.
Aku menggeleng. Entah untuk apa. Mungkin untuk menegaskan aku tak apa-apa, atau menegaskan bahwa aku tidak marah. Memang untuk apa aku marah?
“Maaf, memangnya apa yang terjadi dengan kita dulu?”
Dia berhenti mengunyah makanannya. “Kau masih belum ingat Ra?”
Aku menggeleng tanpa dosa.
Dia mengangguk angguk seperti mengerti akan sebuah fakta. “Tak apa, aku paham.” Nampaknya ia sangat sedih. Apakah aku nampak begitu jahat?
“Maaf, bukan maksudku untuk melupakanmu, namun bersediakah kau ceritakan kisah itu padaku?” pintaku penuh harap. Sepertinya aku memang berhak untuk mengetahuinya. Bukankah itu memoriku yang hilang dan aku berhak mendapatkannya kembali. Namun pertanyaan lain muncul. Benarkah jika ia menceritakannya aku dapat mengingat sisi memori itu? Atau itu hanya akan menjadi cerita biasa saja?
“Tentu,” jawabnya. Matanya berbinar penuh bahagia. Aku jadi lega melihatnya. “Tapi nanti. Boleh kan? Sekarang aku ingin mengajakmu mengunjungi sebuah tempat.”
Aku sedikit kecewa namun aku tak bisa memaksanya. Aku hanya mengangguk. Ia memanggil waitres, membayar makanan, dan mengajakku kesebuah tempat yang ia janjikan.
Tak disangka, ia membawaku kearena permainan di mall itu. Tempatnya cukup luas dan permainannya pun lengkap. Ia menukarkan banyak koin dan dengan matanya yang tajam ia menatapku. Ia menantangku. Aku juga membeli banyak koin. Lama sekali aku tak bermain.
Tubuhku seperti mengecil menjadi bocah berusia belasan. Lincah tak terkira. Kami beralih dari permainan satu ke permainan yang lain. Menyenangkan, dan aku tertawa ketika berhasil mengalahkannya.
Koin kami habis sekejap saja. Aku ingin membeli koin lagi, namun ia mencegahku. “Cukup senang-senangnya kawan.” Ia tersenyum manis sekali. Aku mengangguk. Ia berjalan meninggalkan arena permainan, dan aku mengikutinya.
“Nampaknya engkau sangat gembira?”
“Yiah, kau benar. Sudah lama aku tak segembira ini. Kau lihat tadi, bolaku selalu masuk, dan hampir disetiap permainan kau selalu kalah. Oya, apa kau lihat bapak-bapak yang tengah menemani anaknya, nampaknya ia terpana pada kita sampai-sampai anaknya dikira bola.Hahaha..” aku tertawa lebar. Yiah, ada kelegaan yang aku rasakan.
Ia ikut tersenyum. Kami hanya berjalan-jalan saja di mall.
“Apa kau ingin mendengar cerita itu, Ra?” ia menghentikan langkah kakinya. Yia, aku kembali teringat tentang pembicaraan kami ditempat makan tadi. Aku mengangguk antusias.
Ia memulai berkisah.
“Hari-hari berlalu sangat lambat di tahun pertamaku di sekolah tsanawiah. Aku tak punya kawan. Hanya segelintir orang yang mengenalku. Bahkan guru pun tak mampu mengenal namaku. Tahun kedua, aku sekelas denganmu. Awalnya ku pikir akan sama dengan tahun-tahun sebelumnya, namun ternyata tidak. Kau gadis yang lembut Ra. Kau membantuku ketika mereka mengejekku, dan pertemanan itu pun dimulai. Kau yang pintar, bintang kelas, cantik, ramah pada semua orang, siapa yang tak mengenalmu, dan aku sangat beruntung telah menjadi temanmu. Kita sering bersama, mengerjakan pr bersama, bermain bersama, bahkan kita sering merencanakan untuk bolos bersama. Kau juga sering berkunjung kerumahku, dan kau bilang kau ingin selamanya dirumahku. Kau tak ingin pulang. Kau bialng ayah ibuku baik, kau bilang sangat bhagia berada ditengah-tengah kami dan kau slalu melarangku mengunjungi rumahmu yang kau katakan sebagai neraka kedua. Tentu aku tahu sebabnya.” Ia menghela nafas.
“Kau ingat, Kita sering tertawa bersama-sama ketika membicarakan surat-surat cinta yang kita temukan dilacimu. Betapa lucunya mereka. Namun mukamu menjadi merah ketika kita membicarakan Amir. Ketua kels kita. Ia tak pernah mengrimimu surat, tapi ialah yang paling menarik minatmu. Cinta monyet yang manis bukan?”
Aku kembali mengenang kisah-kisah itu. Aneh. Memori itu menyeruak tiba-tiba. Yia, aku ingat saat aku tertawa terbahak-bahak bersama seorang bocah seumuranku. Apakah gadis kecil itu dia? Kemana saja memori itu selama ini?
“Apa kau sudah kembali ingat?”
Aku mengangguk. Anehnya memori itupun berbuntut panjang. Ia tak lagi bercerita, namun aku bisa merangkainya sendiri. Masa-masa yang indah. Kemana saja memori itu? Namun tiba-tiba memori itu berhenti pada sebuah titik. Aku melihat diriku sendiri yang menjadi titik itu. Aku memalingkan muka pada bocah kecil itu pada saat acara perpisahan. Bukannya aku marah, namun aku bahagia, karena ternyata bocah itu pergi dari hidupku. Kenapa aku bahagia dengan kepergiannya? Bukankah seharusnya aku sedih?
“Kau senang dengan kepergianku kan?”
“Yia, tapi aku tak mengerti.”
“Kau bilang aku merebut Amir darimu. Tentu itu tak benar. Namun kau terlanjur membenciku, dan dengan kepergianku ke Jakarta setelah lulus dari sekolah tsanawiah tentu sangat menggembirakanmu.”
“Benarkah? Apakah aku sekejam itu?” aku menatapnya tak percaya. Jika demikian, aku dapat mengambil kesimpulan. Aku sudah melakukan kesalahan. Karena akhirnya aku tau, Amir lah yang jahat.
“Tapi sudahlah. Bukankah itu masa lalu?” ia tersenyum manis sekali. Aku menganguk dan memeluknya. Aku merasa bahagia.
“Klara, ingatlah, hidupmu tak selamanya menyedihkan. Banyak sekali kisah-kisahmu yang penuh tawa. Jangang menghujat nasib karena ia tak adil. Ia sangat adil Klara. Paling tidak padamu. Sebenarnya banyak kebahagiaan yang ada di sekitarmu, namun kau tak menyadaarinya karena kamu ter lalu sibuk memikirkan betapa menyedihkannya hidupmu.”
Aku tersenyum. Benar katanya. Tak semestinya aku mengutuki hidup. Tuhan sudah sangat bermurah hati padaku dengan memberiku kehidupan seperti ini. Harusnya aku bersyukur.
“Ayo pulang, dan katakan pada dunia bahwa kau bahagia.” Ia menggandengku keluar mall. Kami tertawa sepanjang perjalanan pulang.

Pagi-pagi sekali aku mengambil teleponku. Aku ingin menelpon Safa. Aku rindu padanya meski baru kemarin kami bertemu.
“Halo, Assalamu’alaikum. Safanya ada?”
“Yia, maaf ini siapa yia?” kudengar suara di ujung sana bergetar.
“Ini Klara. Maaf apa Safanya ada?”
“Klara? Lama sekali tak menedengar kabarmu nak. Ini tante.” Jawab seseorang diseberang sana.
“Tante, bagaimana kabar Tante? Maaf tante, Klara tak pernah berkunjung lagi. Katanya tante sekeluarga pindah, dan Klara ngga tau kemana tante pindah. Namun kemarin Klara bertemu Safa Tan, kami ngobrol banyak. Tapi kayanya belum puas Tan. Jadi Klara pengen ngajak Safa jalan-jalan lagi. Safanya ada Tan?”
Sepi. Tak ada jawaban diseberang sana.
“Tante?”
“Klara, maaf yia kalo Safa pernah ada salah sama kamu.” Suara diseberang sana mulai terisak.
“Loh, emang kenapa Tan?” tanyaku bingung.
“Safa sudah meninggal dua minggu yang lalu karena penyakit kangker yang ia derita sejak kecil Ra.”
@@@@@
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Thursday 1 March 2012

Penaku, Dakwahku

Dakwah dan tulisan. Jika kedua kata ini diucapkan secara biasa maka tidak akan memiliki hubungan apa-apa. Namun apabila ditelusuri lebih lanjut, ternyata tulisan merupakan salah satu bentuk dakwah yang efektif karena Rasulullah pun pernah memncontohkannya.
Dakwah, atau yang dalam arti bahasa yaitu da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan menuju kebaikan bukanlah menjadi barang asing lagi bagi kita. Sering sekali kita mendengar istilah ini, baik pada media cetak, media elektronik ataupun secara langsung diucapakan. Namun, banyak dari kita yang belum mengerti hakekat dari dakwah ini. Sebagian masyarakat bahkan telah terdoktrin bahwa dakwah itu identik dengan hal-hal yang menurut masyarakat awam adalah hal yang ekstrim. Misalnya saja dakwah yang dilakukan dengan melakukan pengajian yang sebagian besar didatangi oleh muslim-muslim dengan pakaian takwa yang menutupi seluruh bagian tubuhnya. Adapula yang menyangka bahwa kegiatan dakwah hanya untuk kalangan-kalangan tertentu saja. Bahkan kini problematika dakwah di kalangan masyarakat lebih luas dari itu semua, apalagi dengan berbagai berita yang menampilkan si

si lain dari dakwah. Sehingga masyarakat enggan untuk berdekat-dekatan dengan kata dakwah.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa hukum dakwah adalah fardhu kifayah yang artinya apabila di suatu tempat sudah ada yang melaksanakan dakwah, maka gugurlah kewajiban penduduk yang lain, namun apabila di tempat tersebut tidak ada yang melaksanakan dakwah, maka berdosalah seluruh penghuni tempat tersebut. Jadi, pada dasarnya setiap muslim wajib melakukan dakwah, terutama dakwah islamiyah, karena merupakan tugas ‘ubudiyah dan bukti keikhlasan kepada Allah SWT.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk melaksanakan dakwah. Rasulullah sendiri telah mencontohkan kepada para sahabat berbagai cara berdakwah. Diantaranya melalui lisan, tulisan, dan perbuatan. Dengan lisan contohnya ketika Rasulullah mengisi khotbah Jum’at. Rasulullah adalah suri tauladan yang sangat baik. Dia tidak akan berhenti mengulangi apa yang ia sampaikan apabila jamaahnya belum mengerti apa yang ia maksudkan. Rasulullah juga manusia yang sangat sabar. Meski olok-olok, cacian, makian dan berbagai perbuatan yang tidak menyenangkan ia terima, ia tak pernah putus asa untuk menyerukan kalimat tauhid. Bahkan ia tak segan-segan berbuat baik kepada mereka yang telah mencacinya. Rasulullah juga mengirimkan berbagai surat kepada raja-raja yang berkuasa saat itu.
Namun, yang menjadi permasalahan dakwah saat ini adalah semakin tingginya tingkat perkembangan teknologi yang tidak dibarengi dengan tingginya pelaksanaan dakwah itu sendiri. Dengan semakin tingginya tingkat teknologi maka akan semakin mempermudah munculnya kerawanan-kerawanan moral. Contohnya saja, di era teknologi ini, semakin mudah seseorang mengakses situs-situs porno. Bahkan anak-anak dibawah umur dapat dengan mudah membuka situs-situs terlarang ini.
Dengan permasalahan yang komplek di masyarakat kita, dan dengan adanya permasalahan baru yang ditimbulkan oleh teknologi, maka perlu dikembangkan media dakwah yang dapat meresap di kalangan masyarakat. Salah satunya adalah dengan tulisan. Apalagi kini pemerintah tengah gencarnya mensosialisasikan gemar membaca.
Dengan media tulisan ini, yang dapat berupa artikel-artikel, esay, cerita-cerita fiksi, dan sajak atau puisi yang mengandung pesan moral dan islami, dapat masuk kedalam berbagai kalangan masyarakat tanpa mengenal usia, gender, suku ataupun ras. Karena dengan media tulisan ini, dakwah dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat. Contohnya, masyarakat muda lebih senang membaca cerita-cerita fiksi, maka perlu dibuat cerita fiksi islami yang tak kalah menarik dari cerita fiksi buatan para kaum musrikin.
Tulisan-tulisan ini pun haruslah disesuaikan dengan kondisi teknologi yang ada. Tidak hanya di cetak sebagai buku, tetapi juga dapat dikembangkan dengan media internet. Sehingga nantinya diharapkan, meskipun sedikit demi sedikit pesan-pesan moral dapat tersampaikan dan dengan sukarela di amalkan oleh masyarakat.
Tulisan tak hanya sekedar untuk mengikat ilmu saja, namun dengan tulisan, kita juga bisa berdakwah. Oleh karena itu, teruslah menulis, dan kembangkan sayap dakwah islamiyah.

(Muji_)
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Zaman Aneh

"Lah, ini kan memang yang lagi in sekarang ini, Mbak. Yang mbak cari si Model lawas. Udah ngga pasaran."
Ku tatap model baju yang di tunjukan ibu-ibu separuh baya itu. Bener sih, model baju ini yang sering aku lihat di pakai temen-temen. naluriku sebagai wanita pun mengakui baju ini lumayan bagus. Bukan saja dari modelnya, tapi untuk keluwesannya sebagai perempuan. Tapi yah, baju seperti itu bukan model saya. Sebagus apapun saya tidak akan suka. Apalagi ditambah 1 nilai minus. Bahannya yang tipis. Saya pun berlalu, sekali lagi meninggalkan ibu-ibu penjual pakaian yang mungkin akan menggeleng heran. "Cantik-cantik tapi kuper," mungkin begitu pukirnya. (hahaha, ngarep..)
Lelah rasanya tubuh berkeliling Mall (jelas bukan di Kebumen :D), tapi mengingat stok bajuku sudah sangat memprihatinkan, tiap hari kuliah bajunya itu-itu saja, rasanya bosen juga, mau gimana lagi. Mau beli yang mahalan ,yang bahannya lebih tebel, tapi duit pas-pasan. Susahnya jadi anak kos. Akhirnya aku hanya melenggang pergi, berjanji pada hati untuk kembali jika tabungan sudah mencukupi. (halah, lebai ji... :D)

Sebenarnya bisa saja aku membeli baju itu, tapi jelas itu bukan styleku. Aku yang mungkin dianggap kuper, dianggap ga gahul, mana bisa pake baju seperti itu. Jelas aku trak akan bisa melangkah dengan percaya diri. Begitu juga dengan hal-hal lain yang bukan aku banggettt. Bukannya sok alim sih(tapi daripada di bilang sok kafir, hehehe), tapi kurang syar'i gimana gitu. Aku juga ngga mau sekadar ikut-ikutan mode, meskipun nantinya kan di bilang kuper, ngga gaul atau sebagainya. itu memang aku.

Emang apa sih yang mau di bahas. prolognya panjang banget?
Oke, langsung saja, yang hendak aku bahas disini adalah tentang Dehumanisme.
Apa hubungannya dengan cerita saya tadi?
Yuk simak bareng...

Dehumanisasi dapat ditafsirkan sebagai akibat kemerosotan tata-nilai. Mereka yang menjadi korban dehumanisasi kehilangan kepekaan kepada nilai-nilai luhur, seperti kebenaran, kebaikan, keindahan(estetik) dan kesucian. Mereka hanya peka dan menghargai nilai-nilai dasar, seperti materi (pemilikan kekayaan), hedonisme (kenikmatan jasmani) dan gengsi (prestise). Tiga nilai inilah, yaitu materialisme-hedonisme-prestise, yang menjadi dasar dari tata-nilai bagian besar dari masyarakat kita dewasa ini. Dan karena tidak disantun oleh nilai-nilai yang lebih tinggi, khususnya nilai kebaikan (etik, moral) dan kesucian (agama), di dalam mendapatkan nilai-nilai dasar itu mereka menghalalkan segala cara. Korupsi, kolusi dan nepotisme serta (bahkan) kekerasan adalah cara yang sah; maksiat, kecabulan dan pemadatan adalah perilaku yang wajar; gengsi, sebagai kebalikan dari harga-diri (sense of honour), menampakkan dirinya dalam sifat tak bermalu dan bahkan cenderung membanggakan hasil kejahatan. Semua itu adalah gaya hidup yang sesuai bagi masyarakat dengan tata-nilai rendah sebagai akibat proses dehumanisasi itu.
(http://kangendru.wordpress.com/2008/05/14/dehumanisasi-dan-perkembangannya/

dan tahukah teman-teman, wabah dehumanisme kini sudah menyerang kita. Dari yang tingkat kecil saja. Misalnya mencontek untuk mendapatkan nilai yang bagus. Apalah arti nilai jika dibandingkan dengan panasnya api neraka? Saya sendiri masih kesusahan untuk meredam kebiasaan buruk ini. Tapi buak berarti tak ada jalan. mulai saat ini, mari kita berusaha. lalu contoh lain, sejalan dengan prolog yang saya sampaikan. baju yang di tawarkan penjual baju itu memang tampak bagus. Tapi apakah sudah sesuai dengan ketentuan agama? Agama (Islam) mensyariatkan kita (perempuan) menutup seluruh aurat kita. Termasuk juga lengan kita, karena lengan sampai telapak tangan seorang perempuan adalah aurat yang harus di jaga.
Sering kita saksikan, banyak pula saudara-saudara sesama muslim kita yang memakai pakaian hanya karena mengikuti mode. Misalnya saja mengenai jilbab.
Ingatkah kamu dengan kandungan (QS. Al-Ahzab 33: 59)


Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan Ingatkah tentang hadist ini?
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
na'udzubilah..
Itulah yang digambarkan Rasulullah beribu tahun yang lalu, dan kini kita menyaksikannnya di depan kita. Memakai pakaian namun telanjang. Baju-baju yang irit bahan. (Emang sih, kain mahal, tapi ngga begitu juga kali.), Kain-kain yang tipis dan transparant.
Dan satu lagi, yang tengah marak saat ini,".. kepala mereka seperti punuk unta yang miring..". lihat model memakai jilbab yang baru? kepala mereka seperti punuk unta. rambut dibentuk meninggi, bahkan jika yang rambutnya pendek, ada penutup kepala yang membantu membentuk rambut mereka.
Ah, yang penting kan udah pake jilbab, daripada ngga pake. Iya kan?
Iya sih, kalo di bandingkan dengan yang ngga pake jilbab, tapi kan ada baiknya kalo kita perbaiki. Kembalilah ke syariat, jangan hanya mengikuti mode, ataupun yang tengah nger\tren saat ini. karena bisa saja kita akan terus terhanyut, dan ketika nantio mode telah berganti menjadi mode-mode yang tanpa jilbab, dengan pakaian yang menggumbar aurat, kita tanpa sadar akan ikut-ikutan.
na'uzdubillah..


"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."QS 16:97.
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Latihan Aja Gan...

Siang yang panas...

Namanya mahasiswa yang ngga ada kerjaan ya gini. Luntang-lantung ngga tu tujuan. Biasanya sih sibuk ngurus sana ngurus sini, bolak sana balik sini ngurusin seminar dan seperangkatnya. Ataupun tugas dan seteman-temannya. Bukannya lagi bebas tugas, tapi memang ingin meluntang lantungkan diri, jadi ketika ada seseorang yang tiba-tiba berkata "Perpus Pusat yu," insting luntang lantungku langsung muncul. Padahal udara lagi panas-panasnya dan matahari lagi semangat-semangatnya menghanguskan bumi, biar sekalian hangus. Meringankan kerjaan manusia kan? Baik sekali kau matahari.
Jadilah beberapa anak yang punya tujuan masing-masing berjalan beriringan menikmati panasnya matahari, meski akhirnya akan diketahui kulit kami akan bertambah eksotis, dan sangat dramatis, tapi langkah tetap asik. Giman ngga asik coba, diperjalanan yang lumayan memakan waktu itu (+/- 5 menit) kami masih sering bersendau gurau, bahkan membicarakan asyikan mana antara hujan dan panas. Sayangnya tak ada kesimpulan untuk kasus ini.
tak perlu panjang lebar. Kami sampai di perpustakaan. Ambil kartu biar ngga di tegur, atau meski sudah di tegur tetap saja jari nylonong ngetik keyboard. Kelamaan ambil kartu yang entah nyelip dimana, atau bahkan ketinggalan di kamar kos, tergeletak, terbengkalai di bawah meja. Siapa tau.. lantai 2 menjadi tujuan pasti.
Aku yang memang lagi niat meluntang lantungkan diri, sedikit kebingungan dengan apa yang akan aku lakukan. Ya sudah, aku jelajahi saja rak-rak buku. Berharap petugas perpus sudah membeli buku baru yang relefan dengan kebutuhanku dan kemampuanku.
Nafasku berhembus perlahan, tak ada yang baru..

ah, cuma itu yang ingi aku tulis. Sebenarnya tadi ada lagi yang ingi aku sampaikan, tapi ya lupa.. haha
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Tiga Elemen Penulisan Kreatif dalam Blog by Raditya Dika

Dalam menulis sebuah entry blog yang asyik, kita dapat menggunakan elemen-elemen penulisan kreatif yang kebanyakan dipelajari untuk membuat sebuah karangan fiksi. Di bawah ini saya mencoba untuk memberikan tiga elemen penulisan kreatif yang bisa diaplikasikan dalam membuat sebuah entry blog yang menarik.

1. First Sentences yang Menarik
Let’s face it. Di dalam ranah dunia internet, kita semua somewhat terkena ADD (attention disorder deficit). Pembaca punya attention span yang rendah. Jika mereka tidak suka dengan blog kita mereka bisa dengan mudah langsung pindah ke website lain dengan satu kali klik.

Nah, inilah mengapa kita perlu first sentence yang punya dahsyat di dalam entry kita.

Di dalam dunia perbukuan dan menulis, semua buku yang baik punya first sentences yang engaging untuk membawa pembaca larut ke kalimat-kalimat selanjutnya sampai buku tersebut habis. Di dalam dunia blog, entry kamu juga harus punya first sentences yang cihui agar orang tercantol dalam waktu singkat.

Apa yang terjadi jika kamu tersasar ke sebuah blog dan kalimat pertama yang kamu baca seperti ini:
“Gue pagi ini bangun terus gue mandi. Ke sekolah lagi. Males deh.” Kemungkinan besar, kamu berpikir “Yeah, diary anak sekolahan lagi. Biasa banget. Males ah.” Lantas kamu menutup browser tersebut.

Bandingkan jika kamu tersasar ke sebuah blog dan rangkaian kalimat yang pertama kamu baca seperti ini:
“Untuk pertama kalinya saya akan bercerita tentang sejarah “Seratus” dalam hidup saya. Bukan karena cerita itu teramat penting dan besar, tapi justru karena keremehannya yang luar biasa.”

Saya, begitu membaca first sentences barusan akan berpikir, “Apa sih ‘seratus’ ini? Seberapa remeh dia?” Selanjutnya, saya membaca tulisan tersebut sampai habis. Tulisan yang kedua, saya kutip dari blog Dewi Lestari.

Kecermatan dan kepiawaian kita untuk membuat first sentences yang menarik akan membuat pembaca tergelitik untuk membaca kalimat-kalimat . Setelah itu, kamu hanya perlu konsisten untuk membuat kalimat-kalimat bisa sebaik kalimat yang pertama kamu buat.

Ingat, tulisan kamu harus punya hook. kamu harus punya sesuatu yang merangsang rasa penasaran sekaligus keinginan pembaca yang tiba-tiba tersasar. Tanyakan ini pada diri kamu sendiri: “Jika gue nyasar ke blog gue sendiri dan ngebaca kalimat pertama ini, gue bakal mau baca sampe abis gak ya?”

2. Buatlah Tulisan yang Ekonomis
Robert McKee, seorang lecturer dalam bidang penulisan, pernah berkata “90% of first drafts is shit”. Ini berarti, kebanyakan, tulisan yang pertama kamu buat pertama kali adalah jelek. Tulisan dalam sebuah first draft adalah tulisan yang tidak terstruktur, patah-patah, dan lepas dari otak kamu begitu saja. Kemungkinan besar, tulisan di draft pertama kamu juga adalah tulisan yang verbosal, yaitu tulisan yang terlalu boros kata-kata dan tidak ekonomis.

Nah, sebelum kamu mengklik tombol “post” itu, coba cek kembali apa yang telah kamu tulis. Apakah penggunaan kalimatnya sudah logis? Cek kembali logika kalimat yang salah. Cek kembali ejaan, atau terminologi yang benar. Bunuh semua kata yang tidak perlu. Tulisan yang baik adalah tulisan yang tight: kencang dan sempit. Perhatikan pacing tiap kalimat. Kata demi kata. Apakah tulisan kamu punya tempo yang enak untuk diikuti? Tulisan yang baik adalah tulisan yang seperti musik, ada tempo teratur, ada jeda untuk menarik napas, ada nada yang mengalir.

Baca kembali first draft kamu sebagai seorang pembaca, cek dulu apakah diksi yang kamu gunakan tidak redundan. Misalnya, kamu menemukan kalimat: “gue pergi ke rumah gue pas adek gue pulang dari kampus malem-malem”, ini jelas redundan. Coret semua kata “gue” hingga kalimatnya lebih efektif dan ekonomis, menjadi: “Gue pergi ke rumah, pas adek pulang dari kampus.”

Seperti yang kebanyakan orang bilang, first draft ditulis hanya untuk “mengeluarkan apa yang ada di kepala”. Draft kedua ditulis untuk “memperbaiki apa yang sudah ditulis.” Dan draft ketiga untuk “membuat tulisannya bersinar”. Jangan terburu-buru dalam menulis sebuah tulisan, buatlah menjadi semenarik mungkin.

3. Menemukan dan Menggunakan Voice Kamu Sendiri
Pernahkah kamu mengangkat telepon, dan hanya dari mendengar suara orang tersebut kamu mengenali siapa yang sedang berbicara dengan kamu? Setiap manusia diciptakan dengan warna suara yang berbeda-beda. Apa yang cempreng, ada yang berat/husky, ada yang kayak orang kejepit. Apa pun itu, warna suara dapat membedakan antara satu orang dengan orang yang lain.

Seperti halnya dengan dunia penulisan, setiap penulis yang baik pasti punya “voice”-nya sendiri. kamu tahu bagaimana gaya khas Hilman Hariwijaya dalam menulis. kamu tahu, bagaimana tulisan Gunawan Muhammad ketika kamu membacanya. Atau bahkan, kamu bisa menebak diksi (kosakata) apa yang biasanya ada dalam esai-esai politik Eep Saefuloh Fatah. Gaya menulis Djenar Maesa Ayu, gaya Ayu Utami, mereka punya gaya yang khas. Semua penulis tadi punya voice yang begitu khas sehingga orang tahu, begitu membaca tulisan mereka, itu adalah tulisan mereka.

Cara paling gampang untuk tahu apakah kamu sudah punya voice atau belum: jika ibu kamu membaca tulisan Kamu, tanpa diberitahu bahwa itu adalah milik kamu, dan dia bisa bilang, “Wah, ini tulisan anak saya.” Berarti selamat, kamu sudah punya voice.

Voice yang khas membantu kita untuk mendeferensiasikan diri dari penulis yang lain. Dalam menulis blog, voice yang khas juga akan membuat kita terlihat berbeda dari penulis blog-blog yang lain. Punya voice akan memisahkan kita dari “blogger lainnya” menjadi “blogger yang itu tuh, yang tulisan begini nih…”. Ndoro Kakung, misalnya masuk ke dalam contoh blogger yang punya voice yang sangat khas.

Lantas, bagaimana cara menemukan voice kita sendiri? Jawabannya sederhana: banyak membaca dan berlatih. Dengan membaca banyak buku yang ditulis penulis lain, sambil menganalisa-nya, kita akan dengan sendirinya mengadaptasi gaya-gaya mereka untuk memperkuat personality dan voice kita sendiri. Mengadaptasi, tentu saja, bukan berarti mencuri.

Layaknya Nidji yang mengagumi britpop, terutama Coldplay, sampai akhirnya bisa menemukan kekhasan aliran lagu miliknya sendiri, mereka berhasil membuat voice yang khas pada karya-karyanya. Atau layaknya Tohpati yang pada awalnya mendengarkan pilihan-pilihan nada yang dimainkan gitaris John Scofield, pada akhirnya Tohpati memelajari dan mengadaptasi permainan gitar orang lain hingga akhirnya dia menemukan sebuah gaya yang uniquely his.

Pelajari bagaimana kekuatan Haruki Murakami dalam mengkonstruksi sebuah dialog, pelajari narasi Chuck Palahniuk yang minimalistik dan maskulin, pelajari bagaimana Hilman Hariwijaya menggiring orang untuk tertawa. Satukan apa yang telah kamu pelajari, tanamkan dalam-dalam dalam diri Kamu, dan keluarkan personality kamu sendiri. Keluarkan voice kamu.

Dengan banyak membaca kamu akan mendapatkan banyak referensi. Di samping itu, dengan banyak berlatih kamu akan tahu cara penyampaian seperti apa yang paling asik untuk Kamu. kamu akan memilih diksi yang paling mewakili gaya tulisan kamu. Menulis dan berlatih, dan jadilah berbeda dari orang-orang yang lain.
Tentu saja, tiga elemen di atas hanya sebagian kecil contoh bagaimana kita menggunakan elemen penulisan kreatif untuk membuat postingan blog kita menjadi lebih baik. Masih banyak elemen-elemen lain: komposisi narasi vs dialog, deskripsi yang efektif, setting dan konteks, dan lain-lain.

[Sumber:http://radityadika.com]
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Konflik dan Pluralisme

Mungkin gue memang menimba ilmu di jalur Geografi, but ngga papa kan kalo gue juga mengkaji ilmu diluar geografi?
Gue tau, gue belum nemu apa yang menjadi bakat dan kompetensi gue yang sesungguhnya. Apakah di bidang bahasa (Asal jangan bahasa asing aja), politik, sejarah, atau mungkin hanya menjadi seorang tukang bersih-bersih rumah (kalo emang ada kompetensi kayak gitu). So, gue masih mencari-cari. Siapa sih diri gue, dan apa sih yang bisa gue lakuin buat masa depan gue. Yang pastinya harus sesuai dengn hati gue dong.
So, gue berupaya mencari. Mulai dari politik, bahasa, jurnalistik, hingga juru bersih-bersih di rumah sodara gue. Kesimpulannya? Gue belum pasti. But, paling ngga gue jadi tau banyak. Mungkin ngga sebanyak yang loe loe tau. Tapi ya, whatever lah. Sekarang gue pengen nulisin apa yang baru saja gue dapet dari proses pencarian ini.

B'coz di kampus gue lagi ada pemilwa, gue tertarik sama sebuah buku yang gue temuin di belantara perpustakaan kampus. Gue sebenarnya sedikit sangsi juga, ko bukunya masih baru. Padahal udah terbitan tahun 2007. Jangan-jangan nie buku ngga berkualitas. Tapi, akhirnya, setelah sebelumnya gue putus asa mencari buku-buku yang berkualitas, gue ambil juga buku itu.
" Bu, mau pinjem buku ini bu" kata gue ke petugas perpus yang "ramah" sambil ngasih 3 buku yang gue comot dari rak-rak. Sungguh, gue ngga yakin buku itu bakal gue baca atau ngga.
Haha, sebenarnya percakapan yang ngga perlu ya? But, whatever lahh..
Akhirnya buku itu di tangan gue juga. Buku apa? Penasaran?
Jeenggggggggjrengggggggg....trada.... Lo bisa nyari di komputer perpus dengan kata kunci DEMOKRASI, sebuah tinjauan Analisis, atau juga ketik aja Jean Baechler.
Gue sih belum selesai baca. But secara garis besar gue paham lah (*tumben ya?)
Meskipun dengan bahasa yang tingkat tinggi gila coz translatean, gue mencomot sebuah materi dari sana. Mungkin juga lo bisa dapetin materi ini di buku lain, tapi gue kan lagi baca buku in. Loe ngga bisa protes dong.
Dari buku ini gue jadi tau, Manusia itu adalah makhluk konpliktif, selalu saja ada yang dipermasalahkan. Benar bukan?
Konflik adalah suatu dimensi kondisi manusia yang merupakan akibat langsung dari fakta bahwa manusia itu bebas, berperhitungan, berorientasi pada tujuan dan sosial.
Konflik itu tidak bisa dihilangkan, namun paling tidak konflik itu harus diperkecil resikonya agar tidak terjadi kekerasan. Damai bukan berarti tidak adanya konflik dan secara garis besar penyebab konflik itu ada 3:
-Adanya mekanisme biologis yang memungkinkan untuk menanggapi tuntutan-tuntutan lingkungan hidup. Jika perlu dengan tindakan-tindakan agresif melawan pesaing yang kuat atau ancaman predator.
-Adanya perpaduan antara kebebasan dan pluralitas terhadap solusi-solusi bagi semua masalah manusia. Hal ini dikarenakan banyaknya solusi yang diajukan masing-masing individu.
-Individu-individu dan kelompok-kelompok secara spontan mencita-citakan kebaikan tertentu.
Dan ketiga hal tersebut sungguh tak bisa dipisahkan dengan 3 keinginan. Kekuasaan, Prestise, dan Kekayaan.

Dari point-poin tersebut, gue bisa nyimpulin bahwa konflik dan pluralisme memiliki kaitan yang erat.
Sebenarnya disini gue pengen membahas tentang pluralisme dan konflik lebih dalam, tapi mmungkin dilain waktu saja. hehehe..
oke?
See u.


..
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Catatan Lalu, Semangat!!!!!!!!!!

Tentu bukan kuasaku ketika apa yang ku inginkan, hal yang membahagiakan hati tak terjadi.
Tentu diluar nalar, siapa pengabul doa yang diucapkan sepenuh hati, dan mungkin jika mengabulan doa itu pun adalah sebuah ujian baru.
Tentu tak bisa dijelaskan dengan logika, semuanya hanyut seperti terbawa air, namun teratur bagai barisan bebek yang rapi.
Pasti ada yang mengatur,
Bukan berarti tak ada usaha.
Cukupkah terus pada jalur yang telah ditentukan, sedangkan ada jalur yang lebih tinggi. Begitulah, meski telah digariskan demikian, bukan berarti menyerah dan terus hanyut mengikuti alur sungai yang tenang.
Harus diambil langkah pasti, mencari riak yang akan memutar, memusing, namun akhirnya akan menemukan jalan yang lebih tinggi, bukan soal berapa meter, namun berapa drajat..
Jangan menyerah, intinya.
Pada nasib atau yang engkau katakan garis takdir. Tuhan, Dia, Allah azza wa jalla, tak melarang berusaha, bahkan Dia memerintahkan menjadi ombak yang mampu menerjang karang dan meluluhlantahkannya.
Namun, ingatlah pada jalur, aturan main, dan kodrat.
Semangat!
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Ada Apa Dengan Satria Berjubah?

Waktu tutorial kemarin, adik tutor gue ada yang nanya nih gan. Apa sih maksudnya satria berjubah itu? Kenapa ada pamflet-pamfletnya segala?

Gue tidak sedang membicarakan seseorang, golongan, atau siapaun itu. Gue hanya tengah membicarakan manusia secara umum, tanpa harus menyebut nama, rasa, marga, apa lagi julukan. Tidak! Secara umum saja.
Rasanya otak ini terusik, ditambah gatal yang terus menggelitik jari jemari tangan. Iramanya sangat khas. Waktunya jari ini menari di atas keyboard. Milik siapa saja lah. (Gue kan suka pinjem lepi temen, maklum, paham kan kondisi gue? hehe)
Masalahnya sebenarnya sederhana. Manusia terbiasa merasa dirinya yang paling benar. Ah, kemana sih arah tulisan gue? Ok! Kita mulai dari awal. Anggap saja gue lagi curhat disini.
Gue, berkali-kali sering mendengar sebuah, ya mungkin opini, mungkin curahan hati, atau apalah sebutannya dari beberapa orang disekitar gue. Misalnya saja tentang kasus, kelompok ini lebih dominan daripada kelompok yang lain, atau kelompok ini selalu memilih dari kelompoknya saja. Sehingga keadaan, apapun itu lebih di dominasi oleh kelompok tersebut. Tak ada keadilan. anggap saja begitu. Apa kalian paham apa yang saya maksud? Tidak? apakah saya harus menyebutkan contoh konkrit? Sepertinya tidak usah. Keadaannya sudah rumit.Gue ngga pengen memperumit masalah. Meski biasanya gue pencari masalah, tapi kali ini, gue nyoba serius. (bisa ngga kira-kira ya???)
Oke, selanjutnya muncullah opini-opini macam-macam.
Ah, sepertinya gue emang harus nyebut branded nih.
Oke, gue disini emang tengah membicarakan kondisi di sekitar gue. Kampus tempatnya. Kampus gue emang bukan kampus dengan genre Islam, atau pun paham-paham agama tertentu. Tapi dari kondisi yang ada, banyak sekali yang "merasa" bahwa kampus gue sudah beralih. Ngga tau beralih bagaimana (gue juga bingung). Ada yang bilang bahwa golongan Islam lebih dominan, dan memarginalkan golongan lain.
Benarkah?
Oke, mari kita analisis dan perlu diingat, disini saya sifatnya netral. Oke?
Kenapa mereka yang sering duduk di golongan tinggi?
Jawabannya simpel. Karena mereka lebih aktif. Gue bisa lihat di taman kampus. Bagaimana kondisi sesama mahasiswa, hampir semuanya dapat teramati. Dan kita mulai dari sini. Bisa kita lihat bagaimana aktivitas mereka. Saya tidak akan mengatakan mereka begini dan mereka begitu. Anda amati saja. Dan hasilnya, siapa yang lebih sering beraktifitas disana? Lalu dimana orang-orang di luar mereka?
Kemudian, ketika ada sebuah event, apa saja lah. Panitia kebanyakan dari golongan mereka. Ya iyalah. Orang yang daftar dari golongan mereka. Golongan selain mereka hanya sedikit yang eksis.
Intinya, disini sebenarnya yang dibutuhkan bukan adanya embel-embel golongan atau apapun. Tapi lebih kepada kompetisi masing-masing personal. Dalam sebuah situasi, ada dua pilihan yang ditawarkan. Anda akan menjadi penonton yang duduk santai di kursi penonton dengan memegang sekantong popcorn dan berkomentar macam-macam, atau yang berkontribusi di tengah panggung dengan susah payah menciptakan aksi yang menarik biar "sang penonton" tidak kecewa.
Tapi siapa peduli dengan penonton. Yang penting aktor menikmati lakonnya. Biar saja penonton berkomentar macam-macam. Toh dia cuma penonton. Tak lebih tinggi dari aktor. Dan film yang dihasilkan benar-benar ber"mutu".



Sebenarnya sudah lama gue ingin mengatakan ini. Kenapa mereka yang mengaku Islam tapi sering anti dengan hukum Islam??
Apa hubungannya?
Hubungannya baik-baik saja (hehehe)
Hubungannya adalah, mereka yang berkomentar ini itu, bahkan sebenarnya masih satu saudara. Muslim. Tapi enggan untuk menjalankan syariat Islam yang tengah di tegakan saudaranya. Tak perlu yang terlalu ekstrim seperti FPI, apalagi NII. Yang biasa aja. Misalnya dalam memilih pemimpin. Bukankah dalam islam telah dijelaskan bahwa angkatlah pemimpin yang paling hanif diantara kamu.
Hah. Gue cape sendiri jadinya.. hahaha..
Gue tau, Indonesia itu beraneka ragam budaya, agama, suku, dll. Tapi secara pribadi, gue tentu yakin bahwa agama gue yang paling benar, dan secara pribadi gue tentu akan lebih senang jika orang-orang penting dari golongan agama gue. Tapi disini, saya masih mempertimbangkan kualitas.
Ah, ko jadi muter-muter.
hahaha, sebodo amat lah..
Dan akhirnya sampailah pada masalahnya. Bukan hanya di kampus gue sebenarnya, tapi sudah menjarah seluruh dunia. Sifat manusia, itulah kunci utamanya. Sifat manusia yang slalu merasa benar tanpa memperdulikan hukum-hukum yang telah di tetapkan Tuhan padanya.
Apalagi ditambahnya kepentingan yang tidak akan pernah ada puasnya. Kepentingan-kepentingan inilah yang sering mengalahkan prinsip alami seseorang. Prinsip yang paling prinsip sekalipun.

Karena sudah terlalu lelah, so di cukupkan saj. Jika ada yang hendak bertanya, angkat tangan. Eh, salah. tinggalkan saja pesan dikotak komen. Oke?
Jazakallah..
Assalamu'alaykum..
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Ketika Surga Tak Menarik lagi Part 2

Masih ingat dengan tulisan saya sebelumnya? Tidak? Keterlaluan!!! Karena hanya itu tulisan saya.. hehehe, ngga ding..
Hems, (mikir, enaknya pake kata ganti apa yak?)
Oke, b'coz kita anak gahul getho, gue eloh kayaknya udah jadul, gimana kalau pake ana-antum? Gahul pisan Mbok???
Soal kata ganti udah clear, so kita kembali ke topik. Oke?
"ngga usah dijawab lah bro.. bikin sedih aja... :("
Kita akan kembali membahas soal surga. Eh, bukan ding.. Sok pinter aja kalo bahas soal surga.. Kita bahas aja soal hal yang ada di sekitar kita. Oke guys...?? " Ngaa usah dijawab, ana tau jawaban kalian (nangis sesenggukan) :D"

Beberapa waktu lalu, tepatnya kapan ana lupa, tapi yang pasti, b'coz ana anak gahul, ana pas lagi kuliah. (Anak gahul tuh dapet inspirasi pas lagi kuliah, bukannya pas lagi merenung di bawah pohon jambe.. heheh)
Siang yang terik itu, ternyata tak menyurutkan niat listrik untuk mati. Maka, absolutely, ruangan yang jendelanya GEJE, alias ngga bisa di buka menjadi ruangan panas serta menyiksa. Ngga harus ana deskripsiin kan?
Kuliah terus berlanjut, dan inspirasi itu muncul seketika.
Surga, sebuahtempat yang di janjikan Allah aza wa Jalla untuk orang-orang mukmin, untuk orang-orang yang senantiasa menjaga dirinya dari kemungkaran dan hawa nafsu. Sebuah tempat yang luar biasa. Ya pokoknya begitulah. Antum bisa membaca deskripsinya sendiri di Al Qur'an.
Lalu kenapa bisa surga menjadi tempat yang tak lagi menarik?
disini ana hanya akan berbicara tentang garis kecil saja. Contohnya Indonesia karena hanya tempat itulah yang benar-benar ana tau. Kan belum di beri kesempatan buat keluar negri. Semoga ya...
Oke, lanjut...
Pernah dengar pepatah atau syair tongkat jadi pohon, kolamnya kolam susu?
Itulah indonesia. Negara kita tercinta.
Sungguh sangat luar biasa.
Nampaknya surga memiliki saingan. Dan hal inilah yang tidak kita sadari. Sebenarnya kita telah di bohongi mentah-mentah. Tak ada kolam susu kecuali ada yang menciptakannya, tak mungkin tongkat jadi pohon kalau tongkat itu sudah 'benar-benar' menjadi tongkat. Dan kebohongan ini lah yang menjadikan kita luap, bahwa dunia, adalah tempat sementara. Bukan surga yang di janjikan Allah.
Iya sih, gambaran itu untuk menunjukan betapa kayanya Indonesia. Tapi dengan berpamer-pamer ria seperti itu, masyarakat luas kan jadi tau, dan akhirnya siapa yang mengekplorasi? Kebanyakan adalah masyarakat asing. Pribumi hanya gigit jari. Hal ini anehnya tidak membuat jera warga pribumi. Mungkin karena masih beranggapan bahwa tongkat-tongkat selanjutnya bisa di tanam lagi, dan kolam-kolam susu bisa di buat lagi.. Tapi, perlu di ingat, mereka takan membiarkan ada yang tersisa, meski secuil unsur hara pu. Contohnya? Bisa kita lihat di sekitar kita.
Jadi, ayoooo, bangkitlah Indonesia. Indonesia bukan surga.
Tidak ada waktu untuk berleha-leha menunggu tongkat menjadi pohon, tak ada gunanya lagi. Itu adalah cerita lama. Oke?
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Bangga??

wah, kayaknya aku memang bukan warga negara yang baik. Aku tau, Indonesia itu adalah negara yang patut untuk di banggakan, mulai dari fakta bahwa Indonesia itu, Negara kepulauan terbesar, Negara maritim terbesar di dunia, Negara dengan suku bangsa yang terbanyak di dunia, Negara dengan bahasa daerah terbanyak,Negara dengan muslim terbesar di dunia, Memiliki jumlah masjid terbanyak dan Negara asal jamaah haji terbesar di dunia, Monumen Budha (candi) terbesar di dunia, Negara pertama yang lahir sesudah berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945, Negara pertama (hingga kini satu-satunya) yang pernah keluar dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
,Tim bulutangkis Indonesia adalah yang terbanyak merebut lambang supremasi bulutangkis pria, Thomas Cup, yaitu sebanyak 13 x (pertama kali th 1958 & terakhir 2002), Penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia (20% dari suplai seluruh dunia) juga produsen timah terbesar kedua, Indonesia menempati peringkat 1 dalam produk pertanian, yaitu : cengkeh (cloves) & pala (nutmeg), serta no.2 dalam karet alam(Natural Rubber) dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil), Pengekspor terbesar kayu lapis (plywood), yaitu sekitar 80% di pasar dunia, Terumbu Karang (Coral Reef) Indonesia adalah yang terkaya (18% dari total dunia), Memiliki species ikan hiu terbanyak di dunia yaitu 150 species, Biodiversity Anggrek terbeser didunia : 6 ribu jenis anggrek, mulai dari yang terbesar (Anggrek Macan atau Grammatophyllum Speciosum) sampai yang terkecil (Taeniophyllum, yang tidak berdaun), termasuk Anggrek Hitam yang langka dan hanya terdapat di Papua, Memiliki hutan bakau terbesar di dunia. Tanaman ini bermanfaat untuk mencegah pengikisan air laut/abrasi, Binatang purba yang masih hidup: Komodo yang hanya terdapat di pulau Komodo, NTT adalah kadal terbesar di dunia. Panjangnya bisa mencapai 3 meter dan beratnya 90 kg, Rafflesia Arnoldi yang tumbuh di Sumatera adalah bunga terbesar di dunia. Ketika bunganya mekar, diameternya mencapai 1 meter, Memiliki primata terkecil di dunia, yaitu Tarsier Pygmy (Tarsius Pumilus) atau disebut juga Tarsier Gunung yang panjangnya hanya 10cm. Hewan yang mirip monyet dan hidupnya diatas pohon ini terdapat di Sulawesi, Tempat ditemukannya ular terpanjang di dunia yaitu, Python Reticulates sepanjang 10 meter di Sulawesi, Ikan terkecil di dunia yang ditemukan baru-baru ini di rawa-rawa berlumpur Sumatera. Panjang 7,9 mm ketika dewasa atau kurang lebih sebesar nyamuk. Tubuh ikan ini transparan dan tidak mempunyai tulang kepala.
Tapi anehnya saya tidak bangga dengan hal itu. Mungkin karena nasionalisme saya yang rendah jadi saya menganggap Indonesia masih belum bisa membuat saya bangga. Kenapa? Tentu saya punya alasan, dan alasan alasan saya adalah..
-Bank dunia pernah mengungkap angka kemiskinan di Indonesia sebesar 49% atau lebih dari 100 juta jiwa (jika ambang batas kemiskinan-proverty threshold) diukur dari kegagalan pemenuhan hak-hak dasar (basic right) atau dengan skala pendapatan di bawah 1-2 dolar AS perhari. Sekalipun demikian, dengan standar berbeda, BPS menyatakan hanya 16,5% saja penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan atau sekitar 36,8 juta jiwa (2008). Wah padahal Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam ya, ko bisa?
-Mata uang Indonesia juga termasuk salah satu mata uang terendah nilainya di dunia. Wah-wah, padahal kita senengnya impor barang, ini impor, itu impor, pantesan aja perekonomian ngga maju-maju. ckckck
-Warta ekonomi 12 Juli 2009 juga mengungkap,Negara penghutang terbesar berdasarkan PBD. Padahal kita tau kan kalau negeri ini kaya hasil tambang.
-Pada tahun 2009 Indonesia disebut sebagai Negara dengan perekonomian paling korup di Asia. Indikasi tersebut berasal dari survey yang dilakukan oleh Lembaga Konsultasi Risiko Politik dan Ekonomi (PERC) yang dilansir oleh agen berita Perancis AFP. Wow, menakjubkan.. Padahal negara kita adalah negara yang telah menetapkan pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan dalam kurikulum, ko bisa ya?
-Indonesia ditempatkan di peringkat 102 dari 149 negara yang masuk dalam daftar peringkat Negara hijau dunia yang dilakukan Universitas Yale dan Universitas Columbia, Amerika Serikat (AS). Yah, padahal kita berada di wilayah garis khatulistiwa yang mana hutan bisa tumbuh dengan lebat, tanpa harus melalui 4 musim yang merontokan daun-daun. ckckckc, tau penyebabnya?
-Meskipun kaya akan flora dan fauna, namun Indonesia dikenal juga sebagai Negara yang memiliki daftar panjang tentang satwa liar yang terancam punah. Ya iyalah, hutannya aja di babat habis buat pemukiman dan perkebunan. Belum lagi mereka-mereka yang matanya ijo. Kelestarian flora-fauna itu ngga ada harganya sama sekali, yang penting duit dan duit.
-Sekalipun Indonesia mempunyai wilayah laut terbesar di dunia, akan tetapi nelayan sering kekurangan bahan bakar untuk melaut. Karena penghasilan yang serba pas-pasan nelayan tak jarang menggunakan formalin untuk mengawetkan hasil tangkapannya, sekalipun itu sama saja meracuni bangsa sendiri. Wessssss, negara kepulauan je..
-Kita adalah penghasil sawit terbesar akan tetapi harga sawit ditentukan oleh bursa komoditi di Belanda yang tidak punya kebun sawit. Kenapa bukan kita yang menetapkan??????? Coba suruh Belanda buat naikin harga sawit. Ngga berani ya? Ya udah, ngga usah njual sawit, toh kita penghasil sawit terbesar. kalo ngga di jual mau diapain? Olah sendiri, pake sendiri. batasi pemakaian minyak luar negri. Katanya kalian punya rasa nasionalis tinggi?
-Hasil coklat kita No. 3 di dunia tapi tidak ada yang kenal cokelat Indonesia. Swiss yang tidak banyak mempunyai kebun cokelat, justru dikenal sebagai produsen cokelat terlezat di dunia. Pantesan, petani kopi kita miskin-miskin, kita jual mentah si. jangan salahkan petani yang ngga mau ngolah coklat biar lebih bernilai tinggi, mereka ngga punya modal cuy.. Coklat mentah itu murah.
-Banyak kopi dihasilkan dari Indonesia, akan tetapi karena dianggap tidak meyakinkan, kopi kita harus dijual dengan label Made in Italy agar lebih mudah masuk pasaran Internasional.
-Sekalipun berbagai tumbuhan herbal alami subur di sini, Indonesia menempati peringkat sepuluh besar untuk berbagai penyakit. Ya iyalah, kan kita sukanya yang made in Asing. ogah lah minum jamu, pait, ribet. Padahal obat generik belum tentu halal loh.
-Indonesia boleh bangga dibilang sebagai bangsa yang mulai melek internet. Pemakai situs facebook di Indonesia termasuk terbesar di dunia dan pengguna Blackberry pun meningkat pesat.Tapi sayangnya Indonesia terus mengalami peningkatan sebagai pengakses situs porno internet. Hayo. lu lagi ngakses apa bro??????
-Angka buta huruf di Indonesia mencapai 13,2 juta jiwa, termasuk terbesar. Padahal APBN untuk pendidikan ngga kecil lo Bung.
-Indonesia berada di urutan ke-2 sebagai tempat paling buruk untuk ekspatriat bekerja di seluruh dunia dan ibukota Nigeria, Lagos, sebagai kota terburuk peringkat pertama di dunia. Dalam keterangannya, Jakarta mendapat keterangan peringkat “Very High Risk Location” dengan permasalahan-permasalahan besar: polusi, penyakit & sanitasi, fasilitas-fasilitas medis, kekerasan & pengekangan politis, lingkungan politis & social, kriminalitas.

Masih bangga jadi bangsa Indonesia????
Untuk sekarang, mungkin tidak, tapi buktikan pada dunia, pada mereka yang masih menjajah Indonesia dengan leluasa bahwa kita ada untuk membanggakan Indonesia. Caranya?
Mulai dari diri sendiri.
Karena kita tak mungkin mengandalkan mereka yang berada di posisi atas, tak mungkin mengandalkan mereka pemegang saham, apalagi mengandalkan TKI, mereka hidup pun susah, so, ayo perbarui diri kita. Jadikan diri kita pantas untuk di banggakan. Bukan menjadi orang yang pantas di hinakan karena korupsi, karena dzalim apalgi karena bodoh.

Semoga kita bisa, dan kita pasti bisa, dan jangan mau jadi manusia yang biasa-biasa saja karena kita manusia luar biasa!!!

Semangat!!!!!!!


Sumber : -Buku No Excuse by Isa Alamsyah
-http://catatan-gume.blogspot.com/2010/06/23-fakta-tentang-indonesia.html
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Ketika Surga Tak Menarik lagi Part 1


Bismillah.....



“(Yaitu) Surga Aden yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka. Di dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga tersebut.” Shaad: 50-51



Dalam riwayat yang lain, “Sesungguhnya derajat penghuni surga yang paling rendah yang berada di tingkat keenam dan ketujuh. Disediakan baginya tiga ratus pelayan yang setiap pagi dan sore melayaninya dengan memberikan tiga ratus piring. Yang saya ketahui piring tersebut terbuat dari emas.”



“Setiap piring mempunyai warna tersendiri yang tidak dimiliki oleh piring yang lain. Ia menikmati dari piring yang pertama hingga piring terakhir. Pelayan-pelayan juga memberikan tiga ratus minuman di mana setiap minuman mempunyai warna tersendiri yang tidak dimiliki oleh tempat minum yang lain. Ia menikmati tempat minum pertama hingga tempat minum terakhir.”



Apa yang kamu harapkan tentang surga dan ketika kamu memasukinya? Apakah kenikmatan-kenikmatan seperti bidadari berjumlah 72 yang tulang-tulangnya terlihat karena begitu bening daging mereka? Atau sungai-sungai yang berisi susu-susu yang dapat kalian nikmati kapan saja? Atau ranjang-ranjang yang bertahtakan emas dan berlian? Atau ketika kalian di surga kelak kalian tidak lagi harus menahan hawa nafsu kalian, dan kalian tak lagi mengenal halal dan haram?



Jikalau itu yang kalian inginkan, tak perlulah mencari surga, karena di dunia ini pun kalian bisa mendapatkannya. Teknologi kini semakin berkembang pesat, apa saja bisa dilakukan dengan teknologi. mungkin 10 tahun lagi, 20 tahun lagi, apa yang kalian baca di Al Qur'an bisa kalian dapatkan di dunia. Kehidupan yang kekal dapat kalian dapatkan dengan teknologi kloning. Kalian akan tetap tampil awet muda dengan kloning ini. Kalian akan slalu hidup sehat dengan bantuan kloning ini.



Operasi plastik sekarang semakin sempurna. Kita semakin sulit membandingkan antara yang asli (alami) atau yang buatan dokter ternama. Yang kurang cantik, dapat menjadi cantik, yang kurang kurus dapat menjadi kurus.

Terhalang hal haram dan halal? Hukum bisa di beli. Di negara dengan hukum super ketat pun, hukum bisa ditaklukan dengan mudah. Biar kamu melanggar dosa sebesar apapun, tak akan berpengaruh sama sekali. Hukum tak lagi mengenalmu.

Sudah pernah mendengar tentang sungai coklat buatan manusia? Tentu sungai-sungai susu pun dapat dengan mudah di buat dengan teknologi hasil karya anak manusia yang memiliki otak super cerdas itu.



Apa yang kamu inginkan lagi? Semua bisa terjawab oleh teknologi. Teknologi dan teknologi. semua bisa berkembang sesuai dengan keinginan manusia. dan kemudian, apa yang terjadi? Janji surga tak akan menarik lagi. Tak perlu surga untuk bisa hidup abadi, tak perlu surga untuk mendapatkan bidadari cantik, tak perlu surga untuk mendapatkan tempat tidur bertahtakan emas, tak perlu masuk surga untuk meninggalkan halal dan haram.

Semua hal, nampaknya kan menjadi mungkin dengan teknologi, tinggal mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, tinggal melobi orang sebanyak-banyaknya, tinggal mengembangkan teknologi seluas-luasnya, dan kita tak membutuhkan surgai lagi.

Kita tak lagi harus bersusah payah beribadah, Tak lagi harus susah-susah berpuasa, tak perlu susah-susah berdoa, kehidupan ini yang penting adalah mencari uang sebanyak-banyaknya untuk membeli surga. Kan surga sudah dapat di beli dengan uang.

Ingat film kartun Doraemon? Apa yang kalian inginkan bisa kalian dapatkan dengan hanya memiliki kantong Doraemon yang ukurannya sangat kecil dan bisa kalian bawa kemana-mana layknya kantong plastik.

Surga? Mungkin hanya dongeng-dongeng pengantar tidur, atau sejarah yang terlupakan, dan hanya kepercayaan orang-orang yang tak mampu membeli surga di dunia.

Hasilnya? Manusia tak lagi mengenal dosa dan pahala, manusia tak lagi mengenal agama. Buat apa agama? Itu hanya kepercayaan orang-orang miskin.

Kemudian apa yang akan terjadi? Manusia tak lagi mengenal Tuhannya.

Ironis? Atau ini kabar gembira? Jika engkau menginginkan surga yang demikian, tentu ini kabar gembira buatmu, tapi ingatlah, ada hal yang tak pernah bisa di beli dengan uang.Ada hal yang tak bisa di buat oleh teknologi, Kebahagiaan. Dan Allah menjanjikannya di SurgaNya kelak.



Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman, pria maupun wanita, surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal di sana selama-lamanya; (dijanjikan pula) tempat-tempat tinggal yang indah, dalam surga-surga kebahagiaan abadi. Dan keridlaan dari Allah adalah yang akbar. Itulah sebenarnya kebahagiaan yang agung. (QS. al-Tawbah/9:72)



Dalam menafsirkan firman Allah ini, Sayyid Quthub mengatakan,



.. Kebahagiaan di surga menanti kaum beriman, Surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal di sana selama-lamanya; juga tempat-tempat tinggal yang indah, dalam surga-surga kebahagiaan abadi... sebagai tempat kediaman yang tenang tenteram. Dan di atas itu semua mereka akan mendapatkan sesuatu yang lebih besar dan lebih agung lagi; Dan keridlaan dari Allah itulah yang akbar. Surga dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya tidaklah berarti apa-apa dan akan menjadi tidak seberapa di depan hebatnya keridlaan Allah yang Maha Pemurah. Dan keridlaan dari Allah itulah yang akbar...

Apalagi keridlaan Allah meliputi seluruh sukma, dan sukma-sukma itu tercekam di dalamnya tanpa kesudahan! "ltulah kebahagiaan sejati yang agung". (Sayyid Quthub, Fi Zhilal al-Qur'an, jilid 10, hal. 254-5)

Teknologi tak mampu memberimu kebahagiaan sahabat, Jikalau teknologi menawarkan alat pencipta kebahagiaan, itu adalah kebahagiaan yang semu, tak akan benar-benar kamu rasakan dalam hatimu. jadi, sampai kapan pun teknologi tak akan mampu menandingi surga Allah, secanggih apapun bentuknya, secepat apapun kemajuannya. Surga Allah adalah surga yang sempurna yang mana tempat pertemuan kita dengan Dzatnya.



Tambahan



FAKTA MENGENAI KEMAJUAN TEKNOLOGI

Posted by edi in Umum on September 9th, 2011 | 2 responses

Perubahan terus terjadi dan apakah Anda mengetahui ke arah mana perubahan itu di masa mendatang? Berikut ini, mungkin sebagai informasi dasar yang mengingatkan Anda tentang berbagai fakta mengenai perubahan itu.

Fakta Pertama,

50% orang Amerika berusia yang 21 tahun telah membuat halaman web, dan lebih dari 70% anak Amerika berusia 4 tahun telah menggunakan komputer.

Fakta Kedua,

Media berikut ini membutuhkan waktu untuk mencapai 50 juta penggunanya:

Radio – 38 tahun
TV – 13 tahun
Internet – 4 tahun
iPod – 3 tahun, dan
Facebook – hanya 2 tahun

Fakta Ketiga,

Sirkulasi surat kabar di Amerika turun 7 juta kopi dalam 25 tahun terakhir. Tapi dalam 5 tahun terakhir, Pembaca surat kabar online, justru naik 30 juta pembaca.

Fakta Keempat

Jumlah pemasang iklan untuk media berikut ini telah mengalami penurunan:

Surat kabar – 18.7%
TV – 10.1%
Radio – 11.7%
Majalah – 14.8%

Sementara, pemasang iklan digital justru mengalami peningkatan:

Mobile – 18.1%
Internet – 9.2%

Fakta Kelima

3 stasiun TV terkemuka Amerika yang berdiri sejak 200 tahun lalu, baru memiliki 10 juta penonton.

Sementara pengunjung MySpace + YouTube + Facebook telah mencapai 250 juta, padahal ketiga website tersebut berdiri setelah tahun 2000 M.

Fakta Keenam,



Internet pertama kali digunakan publik di awal tahun 1995.

eBay didirikan tahun 1996, sepuluh tahun kemudian Laba eBay di tahun 2006 mencapai US$6 milliar

Fakta Ketujuh,

Lebih dari 31milliar pencarian terjadi di Google setiap bulannya, padahal tahun 2006, cuma 2.7 miliar.

Fakta Kedelapan,

Wikipedia didirikan tahun 2001, sekarang telah memiliki lebih dari 13 juta artikel dalam 200 bahasa.

Fakta Kesembilan

Informasi teknologi baru berlipat ganda setiap 2 tahun, itu artinya separuh dari pelajaran yang dipelajari di tahun pertama kuliah, akan ketinggalan jaman di saat mereka menduduki tahun ketiga kuliah.

Fakta Kesepuluh.



Perusahaan Dell mendapatkan penghasilan $3juta dari twitter.

Obama mengumpulkan $55juta dalam 29 hari dari sosial networks.

Lalu bagaimanakah Anda menggunakan situs-situs sosial networking, seperti Facebook atau Twitter? Buat sekedar update status yang tak berguna? Sayang kalau begitu.

Fakta Kesebelas,

Komputer yang berada dalam telepon genggam saat ini, harganya satu juta kali lebih murah, seribu kali lebih canggih, dan seratus ribu kali lebih kecil dibandingkan komputer pertama di MIT di tahun 1965. Itu apa yang dulu muat di sebuah gedung, kini bisa dimuat di kantong baju.





Lihat juga tentang kemajuan teknologi:

http://nusantaranews.wordpress.com/2009/04/26/keberhasilan-kloning-manusia-kegagalan-agama/

http://fakta-sesungguhnya.blogspot.com/2011/08/apakah-ini-kemajuan-teknologi-peran.html

http://zianxfly.wordpress.com/2011/09/02/sekarung-kebahagiaan-dari-surga/
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Sebuah catatan lama,Profesi Guru, Bagiku, Bagimu, dan Bagi Mereka


Eh, aku mau curhat nih....

Jika dihitung, tak lama lagi aku akan menjadi seorang guru ya. 3 tahun maksimal lah, aku harus lulus dan akhirnya saya akan menyandang gelar seorang Guru, bangganya.. Lalu, memangnya kenapa kalau aku sudah jadi guru? Asyik kan kalau udah jadi guru. Kerja cuma beberapa jam ,sama kaya kamu sekolah, bahkan bisa kurang jika di hari itu ngga ada kelas. Tinggal ungkang-ungkang kaki di kantor sambil baca koran atau ngopi sekalian nonton TV. Asyiknya, meski ngajarnya ngga full, gajiku tetap bisa full. Apalagi kalo udah bertitel PNS. Wah, tambah adem aja nih.. Dapur ngga cuma bisa ngepul, mungkin nyampe kebakar. (^_^) T

erlebih lagi, aku akan menyandang gelar Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Bahkan Lagu yang didedikasikan untuk guru pun ada. Kamu biasa mendengarkannya, atau bahkan menyanyikannnya ketika acara perpisahan. Keren kan... Trus ada satu lagi nih, yang terbaru, ada sertifikasi guru. emang sih, prosesnya ribet, tapi sepadan lah dengan gajinya yang dua kali lipat gaji guru biasa. tambah adem kan. Tapi, emang itu yang aku mau?? Atau kamu mau? atau bahkan Mereka? Ah... siapa sih yang ngga mau hidup enak, ngga munafik juga sih.. Tapi apa demikan profesi serang guru? nampaknya sangat menyenangkan ya? Ya iyalah, kalo ngga menyenangkan ngapain anak-anak SMA yang baru lulus berbondong-bondong mendaftarkan diri ke Universitas yang memiliki jurusan Pendidikan.Universitasnya juga ikut-ikutan buka jurusan yang ada pendidikannya.

Trus apa masalahnya? Masalahnya adalah, banyak yang kehilangan arti dari profesi guru itu sendiri. (Mungkin cuma saya, atau mungkin anda juga? semoga tidak..) Banyak yang masih tidak nggeh dengan profesi yang di jalani. Apakah akan tetap merasa guru adalah pekerjaan yang mulia, atau hanya sekedar pekerjaan untuk mencari nafkah membantu perekonomian keluarga? apa sebenarnya tujuan masuk jurusan pendidikan? benarkah hanya untuk mencapai profesi guru yang nantinya akan lulus sertifikasi? Kamu bagaimana?

Kalau tujuannya itu, jika diitung-itung udah rugi loh. Coba kita hitung. Setahuku sih, gaji guru itu ngga seberapa ko. Berapa juta? Ngga nyampe puluhan juta kan? Sedangkan diluar sana ada banyak profesi yang menawarkan gaji yang lebih. Bahkan hanya dengan ijasah SMA. Ingin mencoba? Kirimkan saja ijazah SMA mu beserta surat-surat yang dibutuhkan keperusahaan (pabrik) yang bonafit. Jika kamu beruntung (Jika nih, tapi meskipun ngga beruntung kamu masih bisa coba lagi) kamu akan diterima di perusahaan tersebut dengan jatah 8 jam kerja plus lembur dengan gaji yang jumlahnya bisa mencapai angka 4 dengan diiringi 6 butir telur (?, 4 jeti buk). Itu saja kamu masih berstatus karyawan kontrak, apalagi kalau udah jadi karyawan tetap. Ada tunjangan ini, tunjangan itu. Welehweleh.. Coba diitung. berapa tahun saya kuliah? 4 tahun? Bandingkan dengan 4 tahun kerja. 48x4.000.000=?? Dapet berapa tuh? Udah dapet mobil baru cuy. Sedangkan saya saat ini? masih minta sama Mama. Tinggal di kos-kosan yang sempit, makan kurang, badan kurus kerontang. ckckckc..

Masih berfikir beruntung karena mampu kuliah? Masih, kan ntar kalo udah jadi guru pun bisa dapet gaji segitu. Masa? Oke, lanjut.. Kalo kamu bosen kerja di perusahaan, dengan modal 4 tahun kerja kayanya udah cukup kamu memulai usaha baru. Berdagang? Kayanya minimarket udah bisa didiriin. Atau kamu ingin memajukan produksi pangan? Kayanya buat beli tanah udah cukup luas. Apalagi belinya yang di luar jawa. Dapet berapa hektar tuh? Enak kan? Lah, sedangkan jika kamu masih nglanjutin kuliah, emang setelah lulus kuliah kamu bisa langsung kerja? Banyak kan yang bertitel sarjana pendidikan namun ngangur, padahal katanya Indonesia kekurangan tenaga pendidik.

Eh, itukan karena mereka malas. Ngga mau nyari yang diluar pulau Jawa. Coba kalo ke Kalimantan atau pulau terpencil lainnya. Yakin, mampu tinggal di pulau terpencil? Fasilitasnya, infrastruktur sekolahnya, Gajinya? Jangan samain dengan yang di Jawa ya. Apalagi kalau belum jadi PNS. Udah denger kan berita tentang guru honorer yang hanya digaji beberapa puluh ribu, dan berita buruknya, jadi PNS itu gampang-gampang susah. Gampangnya, kamu sediain aja duit sekoper, saat pengumuman namamu udah tercantum jelas, meskipun kamu lupa memberi nama pada lembar jawaban kamu, tapi masalahnya, duit dari mana? Mau jual tanah, ngga punya tanah, mau jual emas, adanya Mas suaminya Mba. Susahnya, banyak saingan yang lebih mampu, baik kemampuan materi maupun kemampuan intelektual.

Masih minat jadi guru?

Profesi guru itu profesi yang berat loh.

Coba bayangkan. Kamu seorang diri berdiri didepan kelas menghadapi kurang lebih 40 siswa. mending kalau siswanya nurut, pinter, rajin dan sebagainya. Alih-alih kamu mendapatkan murid-murid badung, malas, bengal, dan sebagainya. Wah, meskipun kamu hanya kerja 8 jam, bisa-bisa kamu jadi kerja 24 jam karena ngurusin nilai-nilai mereka yang do re mi. Bisa-bisa kamu didakwa sebagai guru yang ngga bejus ngajar kalau nilainya begitu. Guru, Bagi saya, profesi guru adalah profesi yang berat.

Sebenarnya apa hasil final dari tanggung jawab tugas pendidik atau guru itu? Jawabannya adalah mengantarkan anak didiknya menjadi orang yang berhasil dan sukses dalam keilmuannya serta anak didiknya mampu mengaplikasikan keilmuan yang diberikan padanya dalam masyarakat dan negaranya demi sebuah kemajuan diri. Sedangkan Guru, digugu lan ditiru, harus slalu memberikan contoh yang baik dan sempurna kepada muridnya jikalau menginginkan muridnya menjadi orang yang sukses. Sedangkan guru, tentulah hanya manusia biasa, mana mungkin bisa menjadi sempurna. Begitu juga dengan saya, dan tentu saja anda.

Jika kamu tidak menginginkan murid-murid kalian mencontek ketika ujian, jangan mencontek ketika kalian ujian, atau biarkan saja mereka mencontek dan kamu akan memamerkan rapot hasil contekan pada orang tua murid sebagai hasil prestasi kamu. Belum lagi orang tua murid yang telah mempercayakan anaknya. Jika anaknya badung, tentu keterlibatan Guru di pertanyakan, jika anaknya tak lulus ujian, siapa yang pertama kali ditanya? Guru. tau sendiri, ujian sekarang ini macam takdir yang sudah pasti berbuah petaka. dan sederetan ngga enaknya lagi menjadi guru.



Atau kamu punya gambaran lain tentang guru yang dapat membuatmu tetap bertahan menjadi tenaga-tenaga pendidik yang akan menyambut wajah-wajah baru dengan ceria dan dengan keringanan hati? Boleh berbagi???? Pegang mimpimu, dan gapailah...!!!!!
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Followers

About Me

My photo
Warna-warna yang selalu menghidupi kehidupan anda. Serba-serbinya, seluk beluknya. Bukan aku, tapi warna-warnaku dari refleksi tulisanku. Ayo menulis!!!

Popular Posts

Copyright © Tinta Kering | Powered by Blogger
Design by Blog Oh! Blog | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com