Selamat ber-PDKT angkatan 17
FLP Yogya.
Saya masih ingat, tahun 2012
saya pun tersedot dalam gelombang nuansa yang sama. Bertanya-tanya tentang apa
itu PDKT, bertanya-tanya tempat dimana PDKT dilakukan karena panitia sama
sekali tak mau memberi bocoran, atau pun tentang pilihan yang harus saya ambil
dari pilihan-pilihan kegiatan di akhir minggu itu. Ya, saya ada agenda lain di
hari yang sama.
Saya pun masih ingat tentang technical
meeting pertama di balairung Utara UGM. Tempat yang begitu asing bagi saya
yang kuliah di kampus sebelah. Di TM itulah saya bertemu anggota-anggota baru
FLP Yogya. Meski baru pertama kali bertemu, namun saya sudah yakin bersama
mereka dimasa depan pasti menyenangkan. Di TM itu pun saya mengenal anggota
kelompok saya. Erna yang kuliah di UGM, Nisa yang masih SMA, dan Mpik, teman
SMA, dan teman mendaftar FLP dan tentu saja pemandu saya, Mbak Dwinna yang
sekarang tengah menempuh study di Jepang.
Tentu saya pun masih ingat,
pukul 06.00 dengan diantar seorang sahabat kos, ditemani rinai gerimis pagi,
saya menuju titik kumpul pemberangkatan PDKT. Lagi-lagi di balairung Utara UGM.
Dan mungkin tanpa saya sadari, benih-benih kecintaan pada bangunan kampus itu
mulai tumbuh.
Dengan menaiki kopata, kami melaju
ke arah Selatan. Pantai. Begitu kata otak saya. Kata Selatan selalu
mengingatkan saya akan pantai seperti pantai di Selatan rumah saya yang hanya
berjarak dua kilo. Benar saja, lokasi PDKT yang sebelumnya selalu mengisi ruang
pertanyaan, terjawab sudah. Pantai Parangtritis menyambut kami dengan gemerisik
angin bersapu dengan pasir.
Hal-hal baru terjadi.
Ilmu-ilmu baru menghampiri, seakan menawarkan diri untuk direngkuh. Saya tak
akan bercerita banyak tentang bab ini karena, akan lebih menyenangkan jika
engkau merasainya sendiri dan bangun sendiri penilaian penilaiamu.
Ketika sore menjelang, saya sudah
tidak lagi dapat berkonsentrasi.
PDKT yang awalnya berjalan
begitu menyenangkan, tibatiba menjadi muram. Bukan, bukan PDKT dan hal-hal baru
itu, namun saya. Sebuah SMS masuk ke handphone saya, saat itulah pikiran dan
hati saya seketika berubah. Otak saya terbelah menjadi dua. Saya lupa redaksinya,
namun intinya, si pengirim, SMS, meminta pertanggung jawaban saya sebagai salah
satu orang yang akan memaparkan visi dan misi amanah yang saya emban satu tahun
ke depan. SMS itu, mengingatkan apa yang sedang saya upayakan untuk terlupakan
paling tidak untuk satu hari itu saja. Ya, minggu itu harusnya saya menghadiri
musyawarah tahunan LDK kampus, menjadi salah satu orang yang harusnya wajib
hadir. Namun saya mangkir dan memilih untuk mengikuti PDKT.
Sebegitu pentingkah PDKT
hingga menjadi prioritas di banding musyawarah tahunan dimana saya seharusnya
presentasi? Atau sebegitu bernafsunya saya masuk FLP hingga mengabaikan
tanggung jawab yang jelas-jelas sudah di depan mata. Ada
pertimbangan-pertimbangan tertentu, jelas. Dan saya ingat, sebuah nasehat dari
seseorang. “Apa yang kamu mulai, tuntaskanlah hingga akhir, seberapapun
beratnya, seberapapun tak menyenangkannya.”
Saya sudah memulai untuk mengikuti FLP, mendaftar,
menulis aku, FLP dan Dakwah kepenulisan, mengikuti seleksi karya dan seleksi
wawancara. Ketika PDKT adalah gerbang
untuk memulainya, saya memilih untuk menyelesaikannya. Paling tidak untuk
menyelesaikan PDKT hingga akhir. Masalah akan bertahan di FLP berapa tahun atau
berapa bulan, saya harap hingga akhir saya bisa bertahan. Amanah di kampus akan
saya selesaikan meski tidak mengikuti musyawarah tahunan. Begitu janji saya.
Saya tahu, pengorbanan -jika
itu bisa disebut pengorbanan- tidaklah seberapa dibandingkan mereka-mereka yang
mengorbankan banyak hal untuk bisa ikut PDKT, untuk bisa masuk FLP dan saya
mengagumi mereka. Dan rasa kagum itu menguatkan saya hingga PDKT berakhir,
hingga tahun-tahun saya di FLP berlalu begitu saja. Akhirnya, sudah 4 tahun
saya menjadi bagian FLP Jogja.
Tentang apa saja yang terjadi
selama empat tahun itu, akan saya ceritakan kemudian.
Euforia itu, percayalah..akan
bertahan hingga waktu-waktu yang menakjubkan. Maka nikmatilah. Nikmatilah
PDKTmu, persiapannya, prosesnya, dan akhirnya, karena itu adalah sebuah cerita
yang akan tersusun dan menggenapkan puzzle-puzzle keberadaanmu di FLP Jogja.
Saya menunggu, saya menunggu
kalian untuk dapat mengatakan selamat bergabung di keluarga FLP Yogyakarta.
0 Apa Kata Mereka???:
Post a Comment