Q:”Kenapa ceritamu
panjang sekali? Apa tidak takut membosankan pembaca?”
A:”Saya sendiri
sebenarnya sudah bosan. Haha. Tapi, karena saya punya hutang, jadi saya
berusaha untuk melunasinya. Soal pembaca, saya sedang tidak berfikir untuk
pembaca. Mungkin nanti di akhir atau part tambahan, saya akan memberikan
ringkasan perjalanan, dan mungkin tips dan trik biar bisa mbolang Bali-Lombok
dengan biaya murah.”
**
Terbangun di sebuah
tempat asing, bukan lagi menjadi sesuatu yang mengagetkan untuk saya. Meski
terkadang otak harus mencerna berkali-kali, kira-kira saya sedang terdampar dimana.
Namun, terbangun di pulau Gili Trawangan dengan suara ombak yang cukup jelas,
seperti melemparkan saya kembali kerumah. Mendadak, saya ingat pulang.
Hanya ingat saja,
karena tentu saya tidak akan memutuskan untuk pulang sekarang. Gili Trawangan
siap dijelajahi pagi ini.
|
Matahari yang bulat sempurna, keluar dari pulau Lombok |
Setelah sholat
subuh, kami berdua langsung bergegas ke pantai untuk mengabadikan momen sunrise.
Mengingat momen sunset kemarin yang penuh nuansa ‘magis’, saya pikir, sunrise
pagi ini pun tak kalah. Namun sayang, ternyata sunrise di Gili Trawangan
tidak terlalu sempurna karena matahari tidak muncul dari laut, namun dari
bukit-bukit pulau Lombok.
|
Pagi yang magis |
Oya, kami tidak
berdua saja. Seorang laki-laki dari tetangga penginapan bersama kami. Ia
berasal dari Malang, dan traveling sendirian. Saya jadi ingat keinginan
saya waktu kecil yaitu menjadi laki-laki. Mungkin salah satu alasannya ini.
Laki-laki bebas pergi kemana saja, meski sendirian.
|
Saya ini action |
Setelah puas
melihat matahari terbit, wisatawan asing yang tertidur dipantai, para pekerja
yang lalu lalang, perahu yang terombang-ambing ombak, kami memutuskan utuk
mencari sarapan pagi. Ah, soal wisatawan asing yang tidur dipantai itu hal yang
biasa. Apalagi setiap malam di Gili Trawangan ada pesta. Mungkin wisatawan
asing itu terlalu mabuk dan tak mampu pulang ke penginapannya.
|
Semoga dia tidak tengah mengenang. |
Pilihan sarapan pagi
kami jatuh kepada ketupat plastik lauk kuah yang dijual seorang ibu separuh baya.
Ia memanggul dagangannya dengan bakul besar. Isinya macam-macam. Entah namanya
apa. Mirip masakan padang, mirip opor, tapi pedas. Cukup enak, dan menenangkan
kantong.
|
Ibu penjual sarapan |
|
Ada yang tau ini namanya apa? Opor ayam? |
Setelah sarapan,
kami memutuskan mengelilingi pulau Gili Trawangan. Mengelilingi pulau Gili
Trawangan dengan sepeda ternyata tidak membutuhkan waktu yang lama. Kurang lebih
satu jam, dan kami sudah puas menjelajah. Dan, tentu ini menyenangkan.
|
eh, ada saya |
|
Pagi, pantai dan sepeda |
|
Pohonnya cantik |
Kami
berdua blusukan, menjelajahi Gili Trawangan tidak dari sudut wisatawan saja.
Kami melihat banyak rumah-rumah bedeng di tengah-tengah pulau yang dihuni
pekerja-pekerja hotel, rumah makan, dan pekerja lain yang menyapa kami berdua
dengan ramah. Apalagi setiap dari mereka menyapa kami dengan salam dalam Islam.
Ternyata kemewahan hotel, lounge, kafe di pinggir pantai tidak untuk mereka.
|
Eh, ada saya lagi |
Setelah puas
menjelajah, kami segera kembali ke penginapan, bersih-bersih diri, dan packing.
Kami harus sudah meninggalkan pulau Gili Trawangan. Bukan karena tidak betah,
sungguh, saya masih sangat betah, namun ada perjalanan yang harus kami lakukan
lagi. Akhirnya, setelah menyelesaikan urusan penginapan dan mengembalikan
sepeda sewa, kami kembali menaiki kapal menuju pulau Lombok.
|
ABK kapal tengah mengangkat jangkar yang super gede. |
|
Meninggalkan Gili Trawangan. Bye bye, see u next time, insyaAllah |
Saya memandang
pulau Gili Trawangan dengan sedih dan bergumam dalam hati, mungkin suatu hari
nanti saya akan kesini lagi, mungkin dengan seseorang yang lain.
Adzan Dzuhur
menyambut kedatangan kami dipelabuhan Bangsal. Setelah mengambil motor
dipenitipan, dan bertanya tentang penginapan terdekat, kami segera menuju
penginapan yang direkomendasikan. Tidak terlalu jauh dari pelabuhan Bangsal.
Penginapan itu
terletak di jalan raya Bangsal. Namun saya lupa nama penginapannya. Setelah
membayar biaya penginapan sebesar Rp. 250.000 kami meletakan barang-barang
kami, melaundrykan baju kotor kami dan bersiap-siap untuk perjalanan
selanjutnya.
Tujuan selanjutnya
adalah Gili Air, pulau yang paling dekat dengan pulau lombok sehingga waktu
perjalanan lebih singkat.
|
Lagi-lagi menarik jangkar. |
Ternyata loket
pembelian tiket kapal menuju gili air berbeda dengan loket kapal menuju gili
Trawangan. Loket kapal menuju Gili Air lebih kecil dan terletak di seberang
jalan loket utama. Hanya ada sebuah gardu kecil dan beberapa petugas.
Kami harus menunggu
cukup lama kapal menuju gili Air. Berbeda dengan ketika menuju Gili Trawangan,
tidak banyak wisatawan yang tertarik untuk pergi ke pulau ini. Mungkin namanya
kalah pamor dengan Gili Trawangan yang sudah mendunia.
|
jajaran kapal yang tertambat di pantai Gili Air |
Akhirnya kapal yang
kami nantikan datang, kapal sejenis dengan kapal yang kami naiki sebelumnya.
Setelah perjalanan selama kurang lebih 30 menit, akhirnya kami sampai di Gili Air. Kami segera menuju loket kapal, bukan untuk kembali lagi. Namun untuk
menanyakan kapal terakhir ke pelabuhan bangsal.
|
Peta gili Air, |
Kemudian kami
segera menyewa sepeda, dan selanjutnya tentu saja berkeliling.
|
Gili Air lebih senyap daripada Gili Trawangan |
Bentang alam Gili Air tidak terlalu jauh berbeda dengan Gili Trawangan. Pasir putih terhampar
dimana-mana, laut biru, karang yang timbulkarena laut surut, pohon cemara dan
burung-burung yang terbang bebas. Selain itu masih sama pula, kafe-kafe,
penginapan, toko souvenir, klub, dan para pekerja yang ramah dan memberikan
salam dalam Islam. Mungkin perbedaan terletak pada ukuran luasnya dan
keramaiannya saja.
|
Rumah singgah para pekerja kapal |
Jika di bibir
pantai penginapan nampak menawan, dengan pemandangan pantai dan bangunan yang
lebih modern, lebih masuk kedalam pulau, penginapan nampak tenang dan sejuk
dengan pohon-pohon yang lebat. Bangunannya pun lebih sederhana daripada
penginapan dan hotel di bibir pantai. Memang jumlahnya tidak sebanyak di Gili
Trawangan.
|
Gazebo di depan sebuah hotel. Kayaknya asik duduk cantik disini sambil liat laut. |
|
Listriknya dari sini loh. |
|
Makan siang!!! |
Kami teringat kami
belum makan siang, dan akhirnya kami memutuskan memarkirkan sepeda kami
disebuah rumah makan padang yang terletak di tengah pulau. Sepertinya rumah
makan padang emang tersebar disegala penjuru Indonesia, dan sesungguhnya itu
membuat saya senang.
|
Ngga kuat buat mengayuh sepeda karena jalannya berupa pasir. |
|
Gili Air atau Gili Matra sih? Entahlah. Mungkin orang Lombok bisa menjelaskan |
|
Pantainya sedang surut. Karang-karangnya terlihat. Namun saya tidak menemukan ikan yang terperangkap. |
|
Biar rodamu tenggelam dalam pasir, tetap berjuang ya.. |
|
Bentang alamnya, MasyaAllah
|
Rasanya berkeliling
di gili air selama hampir tiga jam sudah cukup untuk kami. Kami segera kembali ke
pelabuhan, dan menunggu kapal yang akan mengantar kami. Sambil menunggu kapal,
kami melihat ada segerombolan anak-anak yang sedang bermain di pantai. Beberapa
anak laki-laki dengan terampil naik keatas kapal dan menceburkan dirinya
kelaut. Pemandangan yang menggelikan karena mereka tidak memakai pakaian, namun
juga menyejukan. Inilah anak-anak pulau gili Meno, inilah potret anak pantai,
inilah potret anak-anak Indonesia. Ceria dan berani.
|
Pose dulu deh |
|
Lagi nyari kepiting mungkin. |
|
Bocahnya pada ngga takut tenggelam gitu ya.. |
Kapal akhirnya
datang, kami memutuskan duduk didepan,
memandang lautan luas bersama ABK kapal yang mengambil jangkar dan
mengendalikan kapal agar tidak menabrak kapal yang lain. Menyenangkan ketika
wajah ini tersapu angin senja pantai, dan suara ombak yang beradu dengan kapal
mengalahkan keinginan untuk mendengarkan musik buatan manusia.
Melelahkan namun
menyenangkan. Tiga kali menaiki kapal dan dua kali mengelilingi pulau,
sepertinya menguras tenaga kami. Kami langsung merebahkan tubuh di kamar
penginapan. Rasanya enggan untuk melakukan ini itu, bahkan untuk membersihkan
diri. Namun saya harus membulatkan tekad. Setelah membersihkan diri dan makan
malam, akhirnya saya benar-benar tidak
bisa mencegah mata ini untuk terpejam meskipun jam masih menunjukan pukul 9
malam. Hari ini erakhir, namun esok masih ada hari lain yang masih harus
dijelajahi.
To be continue..
bagus sekali yah bali
ReplyDeletenomor tidak bisa dihubungi padahal aktif